Monday, November 2, 2009

Revolusi Sosialis

Deklarasi Prinsip-Prinsip dan Beberapa Elemen dari Program Liga
(Internasionalis Keempat)

1. Revolusi Sosialis Dunia dan Liga Komunis Internasional
(Internasionalis Keempat)
Liga Komunis Internasional (Internasionalis Keempat) merupakan suatu aliran yang bersifat internasionalis, proletar dan revolusioner. Aliran ini bertekad membangun partai-partai Leninis sebagai seksi-seksi nasional dari organisasi internasional yang demokratik-sentralis. Tujuan organisasi adalah untuk memimpin kelas buruh memperoleh kemenangan melalui revolusi sosialis di seluruh dunia.
Hanyalah kaum proletar, melalui perebutan kekuasaan politik dan penghancuran kapitalisme sebagai suatu sistem dunia, mampu meletakkan dasar bagi pembasmian eksploitasi serta memecahkan pertentangan antara pertumbuhan kekuatan produktif perekonomian dunia dan perbatasan-perbatasan negara nasional. Kapitalisme sudah lama hidup lebih lama daripada peranan historis yang progresifnya dalam menciptakan suatu ekonomi industri yang moderen. Untuk mempertahankan kekuasaannya, kelas-kelas kapitalis nasional harus memeras perbedaan rasial, kesukuan dan nasional. Pemecahan ini sudah sangat diintensifkan sejak keruntuhan Uni Soviet. Dengan semakin besarnya saling permusuhan, kekuatan-kekuatan imperialis dan blok-blok yang bersaingan menindas rakyat di negara bekas kolonial dan rakyat di negara yang masih dibawah penjajahan. Mereka harus memiskinkan rakyat dunia, dan secara terus menerus terlibat dalam perang untuk mempertahankan serta pembagian kembali pasar dunia agar supaya dapat menopang tingkat keuntungan yang sedang menurun. Mereka mencoba untuk menghancurkan perjuangan revolusioner dari kaum buruh di mana pun yang bermunculan. Di dalam situasi terjepit dan semakin kritis dalam mempertahankan kekuasaan kelasnya, kelas borjuis tidak akan ragu-ragu untuk menjerumuskan umat manusia ke dalam bencana nuklir atau penindasan kediktatoran yang tingkat keganasannya belum pernah terjadi.
Di lain pihak, kemenangan kaum proletar secara internasional akan menempatkan kelimpahan materi yang tidak terbayangkan sebelumnya, bagi manfaat kebutuhan manusia, meletakkan dasar bagi penghapusan kelas-kelas dan pembasmian ketidaksamaan sosial berdasarkan jenis kelamin serta penghapusan arti sosial dari ras, bangsa dan etnis. Untuk pertama kali ummat manusia mampu mengendalikan sejarah dan menguasai masyarakat yang diciptakannya sendiri, menghasilkan emansipasi kemampuan manusia yang tidak terimpikan sebelumnya, dan memajukan dinamika peradaban yang sangat besar. Hanya situasi demikian, akan memberi kemungkinan terwujudnya perkembangan yang bebas bagi setiap orang sebagai syarat bagi perkembangan yang bebas bagi semuanya. Sebagaimana dikatakan oleh Isaac Deutscher dalam pidatonya "On Socialist Man" [Mengenai Manusia Sosialis] (1966):
"Kita tidak berpendapat bahwa sosialisme akan bisa mengatasi semua kesulitan umat manusia. Kami sedang berjuang dalam tahap paling awal melawan kesulitan yang diciptakan oleh manusia dan yang bisa diselesaikan oleh manusia. Sebaiknya saya segarkan kembali ingatan anda bahwa Trotsky, misalnya, menyebut tiga tragedi--kelaparan, seks dan kematian--yang menimpa manusia. Kelaparan merupakan musuh yang Marxisme dan gerakan buruh moderen menghadapi.... Ya, manusia sosialis masih akan dikejar oleh seks dan kematian; akan tetapi kita yakin bahwa ia akan mampu menghadapi persoalan ini secara lebih baik dari pada yang akan kita hadapi" [diterjemahkan dari teks bahasa Inggris.

2. Krisis Kepemimpinan Kaum Proletar
Keberhasilan atau kegagalan kelas buruh dalam mencapai kemenangan tergantung kepada organisasi dan kesadaran massa yang sedang berjuang yaitu pada kepemimpinan yang revolusioner. Partai revolusioner merupakan senjata yang mutlak diperlukan bagi kemenangan kelas buruh.
Kelas penguasa memiliki kekuasaan monopoli alat-alat kekerasan, aparat-aparat politik dan birokrat mereka yang dominan, koneksi dan kekayaan mereka yang besar, dan mengawasi pendidikan, media massa dan lembaga yang lain dalam masyarakat kapitalis. Menghadapi kekuatan yang demikian itu, suatu negara buruh hanya bisa diciptakan melalui kaum proletar yang sadar penuh akan tugas-tugasnya, terorganisir pelaksanakannya dan bertekad untuk mempertahankan apa yang telah dimenangkannya dalam melawan kekerasan kontrarevolusioner dari kelas penguasa.
Melalui perolehan kesadaran politik tersebut kelas buruh tidak lagi menjadi semata-mata sebuah kelas dalam diri mereka sendiri, dan menjadi sebuah kelas bagi mereka sendiri, sadar akan tugas-tugas historisnya untuk merebut kekuasaan negara dan melakukan reorganisasi masyarakat. Kesadaran demikian tidak timbul secara spontan dari perjuangan kelas sehari-hari dari kaum buruh; hal itu haruslah dibawa ke dalam kelas buruh oleh partai revolusioner. Dengan demikian, hal itu merupakan tugas partai revolusioner untuk menempa kaum proletar menjadi kekuatan politik yang memadai dengan menanamkan kesadaran akan keadaan yang sesungguhnya, mengajar pelajaran-pelajaran sejarah perjuangan kelas, diperkeras dalam perjuangan-perjuangan yang semakin mendalam, menghancurkan ilusinya, memperkeras tekad revolusioner dan percaya diri, dan mengorganisir penumbangan semua kekuatan yang menghalangi perebutan kekuasaan. Kelas buruh yang sadar merupakan kekuatan yang sangat menentukan dalam sejarah.
Sifat yang mutlak diperlukan dalam menjalankan tugas untuk menempa partai pelopor dan menajamkan program revolusionernya sebagai persiapan bagi krisis-krisis revolusioner yang tak terhindarkan telah ditekankan dalam masa imperialis. Sebagai dituliskan Trotsky dalam The Third International After Lenin [Internasional Ketiga Setelah Lenin] (1928):
"Karakter revolusioner jaman ini tidaklah terletak dalam pada peluang pencapaian revolusi, yaitu, perebutan kekuasaan senantiasa dan menerus. Karakter revolusioner itu terdiri dari fluktuasi yang dalam dan tajam serta transisi yang mendadak dan acap kali terjadi dari suatu situasi revolusioner dengan serta-merta.... Ini merupakan satu-satunya titik asal darimana mengalir arti yang lengkap mengenai strategi revolusioner yang memiliki perbedaan taktik. Kemudian juga mengalir makna baru partai dan kepemimpinan partai.... [Masa kini] setiap perubahan baru yang tajam dalam situasi politik ke Kiri menempatkan keputusan di tangan partai revolusioner. Kalau ia melewati masa kritis dalam situasi terbalik. Dalam situasi ini, peranan kepemimpinan partai sangatlah luar biasa pentingnya. Kata-kata Lenin yang kurang lebih menyatakan bahwa dua atau tiga hari mampu menentukan nasib revolusi internasional hampir tidak bisa diterima akal pada masa Internasional Kedua. Sebaliknya pada masa kita, kata tersebut sudah terlalu sering lebih ditegaskan, dan dengan pengecualian revolusi Oktober, selalu dipandang dari sisi negatif" [diterjemahkan dari teks bahasa Inggris].

3. Kami Adalah Partai Revolusi Rusia
Revolusi Rusia Oktober 1917 menyemaikan ajaran Marxis mengenai revolusi proletar dari teori menjadi kenyataan, menciptakan suatu masyarakat yang dikuasai oleh buruh melalui kediktatoran proletar. Revolusi proletar yang dipimpin oleh Partai Bolshevik di Rusia tidaklah dilakukan semata-mata untuk Rusia. Bagi orang-orang Marxis revolusioner, Revolusi Rusia dipandang sebagai suatu gebrakan awal dari perjuangan buruh internasional yang diperlukan, melawan kekuasaan kapitalis seluruh dunia. Kaum Bolshevik-nya Lenin menghancurkan rantai kapitalis pada bagian simpul yang terlemah, dengan pengertian bahwa kecuali kalau revolusi proletar diperluas kepada negara-negara kapitalis utama, terutama Jerman, kediktatoran proletar Rusia yang terisolir tak akan dapat bertahan lama.
Beberapa peluang pernah terbuka, namun partai-partai revolusioner di luar Rusia masih sangat muda, yakni terlalu lemah dan belum dewasa secara politis dalam mengejar peluang-peluang tersebut. Di Eropa, terutama di Jerman, Sosial Demokrasi melayani tuan borjuisnya, membantu menstabilkan kembali disiplin kekuasaan mereka dan ikut bergabung dalam melawan Revolusi Oktober. Di tempat lain, di negara-negara dan wilayah-wilayah terbelakang, halangan dan kekuatan ideologis yang utama melawan Bolshevisme adalah nasionalisme.
Tekanan pengepungan dari kaum imperialis, penghancuran kelas buruh Rusia dalam Perang Saudara dan pengisolasian Revolusi Rusia yang berlangsung lama memungkinkan lapisan birokrat yang dipimpin oleh Stalin untuk merebut kekuasaan politik dalam sebuah kontrarevolusi politik pada tahun 1923-24, apa yang disebut Trotsky sebagai "Thermidor Sovyet." Sementara berlandaskan dan memperoleh hak-hak istimewa dari bentuk-bentuk kepemilikan yang bersifat proletar dari negara buruh Soviet yang menurun, komitmen birokrasi Stalinis tidak mengikat ke dalam pembelaan mereka yang tidak bisa ditarik kembali. "Teori" Stalin mengenai "sosialisme di suatu negara," memperlihatkan minat yang terbatas secara nasional dari birokrasi Kremlin, merubah Internasional Komunis dari suatu sarana revolusi dunia menjadi suatu hambatan baru.
"Sosialisme di suatu negara" dari Stalin merupakan penolakan terhadap prinsip-prinsip dasar Marxisme. Manifes Partai Komunis (1848) menyimpulkan, "Kaum buruh sedunia, bersatulah!" Revolusi-revolusi pada tahun 1848 menandai pembukaan jaman moderen--kelas borjuis beraksi bersatu dengan kaum reaksioner terhadap kaum proletar yang telah dirasakan sebagai suatu ancaman terhadap kekuasaan kapitalis. Sebagaimana Engels menulis dalam bukunya "Principles of Communism" [Dasar-Dasar Komunisme] (1847):
"Pertanyaan 19: Mungkinkah revolusi ini bisa terjadi hanya di suatu negara saja?
"Jawab: Tidak. Industri besar, dengan diciptakannya pasar dunia, telah demikian menghubungkan semua orang di muka bumi, terutama orang-orang beradab, bahwa setiap bangsa tergantung pada apa yang terjadi pada bangsa lain. Selanjutnya, di semua negara beradab industri besar telah pula menumbangkan perkembangan sosial yang terjadi di semua negara itu, kaum borjuis dan kaum proletar telah menjadi kelas-kelas yang sangat menentukan dalam masyarakat dan perebutan perjuangan di antara mereka adalah perjuangan utama saat ini. Oleh sebab itu revolusi komunis bukan semata-mata bersifat nasional.... Ia merupakan revolusi dunia dan dengan demikian akan mencakup seluruh dunia" [diterjemahkan dari teks bahasa Inggris].
Melawan oportunisme nasionalis Stalin, Oposisi Kiri-nya Trotsky didirikan berdasarkan program Marxis yang asli, yaitu menjiwai Revolusi Bolshevik. Oposisi Kiri berjuang untuk mempertahankan dan memperluas kemenangan Revolusi Rusia yang telah dikhianati namun belum digulingkan. Dalam analisisnya yang membakar tentang degenerasi Revolusi Rusia, birokrasi Stalinis yang bersifat mendua, dan pertentangan yang begitu besar dalam masyarakat Soviet (The Revolution Betrayed [Revolusi yang Dikhianati], 1936) Trotsky dengan tegas mengajukan pilihan: "Akankah birokrasi mengganyang negara buruh atau akankah kelas buruh membersihkan para birokrat?" Peringatan Trotsky yang bersifat meramal ini sangat terbukti benar tetapi secara sengit memiliki arti yang negatif.
Doktrin "sosialisme di suatu negara" yang anti-internasionalis mengakibatkan menggoyangkan yang membawa malapetaka, dari petualangan ekstrim kiri menuju kerjasama kelas. Trotsky mencirikan Stalin sebagai "penggali kubur" [gravedigger] bagi perjuangan revolusioner di luar negeri mulai dari Revolusi Tiongkok kedua dalam tahun 1925-1927 dan Pemogokan Massal di Inggris pada tahun 1926 hingga Jerman, dimana Partai Komunis maupun Sosial Demokrat membiarkan Hitler mengambil tampuk kekuasaan tanpa perlawanan senjata. Dalam konteks pengkhianatan Jerman, disertai kodifikasi lanjut Komintern terhadap secara jelas garis anti-revolusioner dalam membangun front rakyat, yang diketemukan ekspresi terlengkap dari kejahatan Stalin dalam mencekik Revolusi Spanyol, kaum Trotskyis mengorganisir Internasional Keempat yang didirikan pada tahun 1938.
Ekonomi terencana di Uni Soviet (dan negara-negara buruh yang telah cacat secara birokratik yang timbul di tempat lain pada model Stalinis) memperlihatkan keunggulan terhadap anarki kapitalis pada periode pembangunan yang cepat. Tetapi tekanan-tekanan tanpa belas kasihan dalam bentuk pengepungan ekonomi secara terus menerus oleh sistem produksi kapitalis yang masih dominan di seluruh dunia melalui pasar dunia tak dapat diubah tanpa perluasan revolusi internasional. Trotsky menulis dalam The Revolution Betrayed [Revolusi yang Dikhianati]:
"Pertanyaan yang dirumuskan oleh Lenin--Siapa yang akan menang?--adalah sebuah pertanyaan dari korelasi tentang kuat-lemahnya kekuatan-kekuatan antara Uni Soviet dan proletar dunia yang revolusioner di satu sisi, dan di sisi lain modal internasional serta kekuatan-kekuatan yang bermusuhan di dalam Uni [Soviet].... Campur tangan militer merupakan suatu bahaya. Intervensi dalam bentuk barang-barang murah di bagasi kereta api tentara kapitalis akan merupakan bahaya yang jauh lebih dasyat" [diterjemahkan dari teks bahasa Inggris].
Kelemahan organisatoris Internasional Keempat, kurang berakar dalam kaum proletar, dan ketidakmampuan teoritis serta disorientasi (kehilangan arah) setelah Perang Dunia II sangat banyak memberikan kontribusi pemecah-belah politik berlanjut pada program Internasional Keempatnya Trotsky. Pemusnahan sebelumnya para kader Trotskyis di seluruh Eropa dalam tangan represi fasis dan Stalinis--serta pembantaian masal kaum Trotskyis di Vietnam dan pemenjaraan kaum Trotskyis di Tiongkok, negara-negara dimana Oposisi Kiri telah menemukan basis dukungan yang sangat berarti--menghancurkan gerakan para kader yang sangat berpengalaman pada masa yang sangat kritis.
Perluasan kekuasaan Stalinis di Eropa Timur setelah perang merupakan tantangan programatik baru bagi gerakan Trotskyis. Untuk melawan hal itu, "keortodoksan" formal merupakan pembelaan yang tidak memadai. Setelah serangkaian kekalahan dan pengkhianatan yang tiada hentinya, mulai dari Tiongkok (1927) dan Jerman (1933) hingga Perang Saudara Spanyol, serta pembersihan yang kejam oleh Stalin, keberadaan Uni Soviet menjadi gawat. Sesudah Stalin membantai pemimpin-pemimpin tentara Soviet melalui tindakan pembersihan-pembersihan yang kejam segera sebelum permulaan Perang Dunia II, ia melanjutkan melakukan sabotase pembelaan militer Uni Soviet dengan memberikan kepercayaannya pertama kepada Hitler dan kemudian kepada para sekutu yang "demokratis." Walaupun di bawah Stalin, pada akhirnya, Tentara Merah berhasil mengalahkan Hitler.
Namun kemenangan Tentara Merah atas fasisme bahkan sangat memperkuat wewenang Uni Soviet yang secara birokratik telah menurun, suatu kemungkinan yang tidak dapat diramalkan oleh Trotsky. Kaum Stalinis di Eropa Barat muncul dari Perang Dunia II di pimpinan organisasi massa para buruh militan di Itali, Perancis dan tempat lain. Sementara itu, di Eropa Timur yang diduduki Soviet, harta milik kapitalis diambil alih dan suatu ekonomi kolektif dibentuk. Tindakan itu dilakukan melalui suatu revolusi sosial yang dikendalikan secara birokratik, membuahkan negara-negara buruh yang telah cacat yang meniru USSR yang dikuasai oleh kaum Stalinis.
Dipengaruhi sebagian dari Perang Vietnam dan kekacauan yang menghantam Amerika Serikat, termasuk pula perjuangan pembebasan orang kulit hitam, pada akhir tahun 1960-an/awal tahun 70-an melihat serangkaian situasi-situasi prarevolusioner dan revolusioner di Eropa--Perancis 1968, Itali 1969, Portugal 1974-75. Hal-hal tersebut memberikan kesempatan terbaik bagi revolusi proletar di negara-negara kapitalis yang sudah maju sejak setelah berakhirnya Perang Dunia II. Partai-partai Komunis yang mendukung Moskow-lah yang kembali berhasil memulihkan tatanan borjuis yang goyah di wilayah ini. Disini peranan kontrarevolusioner partai-partai Stalinis Barat memberikan sumbangan yang tak terhingga besarnya terhadap penghancuran Uni Soviet di kemudian hari. Pemantapan kembali tatanan borjuis di negara-negara imperialis Barat pada pertengahan tahun 70-an segera diikuti dengan Perang Dingin baru yang dilancarkan terhadap blok Soviet.
Birokrasi Stalinis Soviet--dalam ketidakhadiran proletar sebagai pesaing bagi kekuasaan--cepat atau lambat harus beralih ke "sosialisme pasar." Hal ini, bersama dengan perdamaian terhadap imperialisme Amerika Serikat di Afganistan dan menengahi pemulihan kapitalis di seluruh Eropa Timur, membuka pintu lebar-lebar kepada kontrarevolusi kapitalis di bekas Uni Soviet dalam tahun 1991-92. Kaum proletar, tanpa pemimpin, tidak melakukan perlawanan yang mengakibatkan penghancuran negara buruh.
"Revolusi Iran" tahun 1979 membuka suatu masa naiknya Islam dalam politik di dunia yang berlatar belakang nilai kesejarahan Islam, suatu perkembangan yang memberikan sumbangan terhadap penghancuran Uni Soviet melalui kontrarevolusi dan yang diperkuat oleh peristiwa itu. Perebutan dan konsolidasi kekuasaan di Iran oleh Khomeini merupakan kekalahan seperti halnya dengan penindasan Hitler terhadap kaum proletar Jerman pada tahun 1933, walau dalam skala wilayah yang lebih sempit. Slogan-slogan aliran Spartasis internasional, "Ganyang Shah! Jangan mendukung para Mullah!" dan pusat perhatian kami terhadap masalah perempuan ("Tidak terhadap hijab!") berbeda sekali dengan kaum kiri lainnya, yang tunduk terhadap kaum reaksioner yang dipimpin para Mullah.
Pelestarian kekuasaan proletar terutama tergantung pada kesadaran dan organisasi politik kelas buruh. Setelah pemusnahan fisik sayap revolusioner kaum Bolshevik oleh Stalin, semua kelanjutan dengan tradisi-tradisi Revolusi Oktober secara sistematis dihilangkan dari ingatan kelas buruh. Dalam kesadaran rakyat Soviet, diliputi dengan propaganda Rusia nasionalis yang dikeluarkan oleh Stalin, Perang Dunia II menjadi pengganti Revolusi Oktober sebagai kejadian yang sangat penting dalam sejarah Soviet. Pada akhirnya, Stalin dengan para pewarisnya berhasil menanamkan pandangan nasionalisnya kepada rakyat Soviet; internasionalisme proletar dicemooh sebagai "bidah Trotskyis" yang kabur, hasil dari "mengekspor revolusi" atau secara sinis dikatakan sebagai suatu isi yang telah hampa.
Tercerai-berai dan tanpa kepemimpinan anti-kapitalis, kurangnya kesadaran kelas sosialis yang konsisten dan saling terkait, serta keraguan mengenai kemungkinan perjuangan kelas di negara-negara kapitalis, kelas buruh Soviet tidak mengerahkan dalam perlawanan terhadap kapitalis kontrarevolusi yang sedang mendekat. Dan seperti yang dicatat Trotsky dalam The Third International After Lenin [Internasional Ketiga Setelah Lenin]: "Jika sebuah bala tentara menyerah kepada musuh dalam suatu keadaan yang sangat kritis tanpa suatu pertempuran, maka penyerahan ini betul-betul telah menggantikan suatu `pertarungan yang sangat menentukan' baik dalam politik sebagaimana dalam peperangan" [diterjemahkan dari teks bahasa Inggris].
Suatu analisis tentang krisis kematian Stalinisme diberikan dalam Spartacist No. 45-46, Musim Dingin 1990-1991 dalam dokumen-dokumen yang dibuat oleh Joseph Seymour, "On the Collapse of Stalinist Rule in East Europe" [Pada Runtuhnya Kekuasaan Stalinis di Eropa Timur], dan Albert St. John, "For Marxist Clarity and a Forward Perspective" [Untuk Kejelasan Marxis dan Pandangan Kedepan], dan pamflet Spartasis Agustus 1993, How the Soviet Workers State Was Strangled [Bagaimana Negara Buruh Soviet Dicekik]. Sebagaimana yang dicatat dalam dokumen Seymour:
"Selama perjuangannya yang panjang melawan birokrasi Stalinis, Trotsky memikirkan beberapa cara yang berbeda agar kapitalisme dapat dipulihkan kembali di Uni Soviet.... Trotsky menggunakan ungkapan `memutarkan ke belakang film reformisme' sebagai polemik terhadap orang yang menyebutkan diri kaum kiri dan berpendapat bahwa rejim Stalin sudah merubah USSR menjadi suatu negara borjuis melalui suatu proses yang perlahan-lahan dan organik--Bernsteinisme justru ke belakang.... Pandangan Trotsky bahwa suatu kontrarevolusi kapitalis, dan juga revolusi politik proletar, di Rusia-nya Stalin akan membawa suatu perang saudara merupakan ramalan, bukan merupakan sebuah dogma. Pandangan tersebut berdasarkan perlawanan yang dilakukan oleh kelas buruh, bukan perlawanan yang dilakukan oleh unsur-unsur aparat birokrat yang konservatif. Itulah bagaimana masalah tersebut diajukan dalam The Revolution Betrayed [Revolusi yang Dikhianati].... Unsur yang paling menentukan adalah kesadaran kelas buruh Soviet, yang tidak bersifat statis namun dipengaruhi oleh banyak sekali faktor yang tetap merubah baik dari faktor dalam negeri maupun dari faktor internasional."
Seperti dicatat oleh St. John:
"Tidak seperti ekonomi borjuis yang bersifat anarkis, ekonomi sosialis yang terencana tidak dibangun secara otomatis melainkan dengan penuh kesadaran. Oleh sebab itu [Trotsky] menulis, `Kemajuan kearah sosialisme merupakan sesuatu yang tak terpisahkan dari kekuasaan negara yang menghendaki sosialisme atau yang dipaksa untuk menghendakinya' ["The Workers State, Thermidor and Bonapartism" (Negara Buruh, Thermidor dan Bonapartisme), 1935]. Dengan demikian, ia menyimpulkan, tanpa intervensi oleh pelopor proletar yang sadar, kejatuhan regim politik Stalinis akan membawa kehancuran ekonomi berencana dan pemulihan kembali kepemilikan pribadi tidak dapat dielakkan lagi."
"Masalah Rusia" memang sudah merupakan masalah politik yang paling menentukan abad keduapuluh dan merupakan batu ujian bagi kaum revolusioner. Kami kaum Trotskyis tetap tinggal di tempat tugasnya dan berjuang untuk melestarikan serta memperluas kemenangan-kemenangan revolusioner kelas buruh sementara setiap aliran lain di bumi ini menyerah pada tekanan ideologi anti-komunisme imperialis. Pembelaan kami untuk Uni Soviet yang penting dinyatakan dalam perjuangan kami bagi Revolusi Oktober baru di seluruh dunia.
Tanggung jawab terhadap hancurnya Uni Soviet melalui kontrarevolusi juga terdapat pada semua macam reformis dan sentris yang berbaris di belakang para penguasa kapitalis mereka sendiri melawan Uni Soviet. Mereka mendukung setiap gerakan reaksioner mulai dari Solidarnosc Polandia hingga para tukang jagal fundamentalis Islam di Afganistan. Hancurnya kontrarevolusi Soviet dan konsekuensinya di seluruh penjuru dunia juga ikut merusak pada tingkat teoritis dari teori-teori anti-Marxis bahwa birokrasi Stalinis adalah "kapitalis negara" yang mendasari anggapan bahwa kontrarevolusi Soviet hanyalah merupakan suatu pengalihan dari satu bentuk kapitalisme ke bentuk kapitalisme lain.
Naiknya Boris Yeltsin dan kekuatan-kekuatan pemulih kapitalis pada bulan Agustus 1991 merupakan suatu kejadian yang amat penting dalam menentukan nasib Uni Soviet, namun keruntuhan akhir Revolusi Oktober bukan merupakan suatu peristiwa yang tidak dielakkan. Kaum Spartasis menyebarkan lebih dari 100.000 tulisan pada bulan Agustus 1991 di seluruh Uni Soviet dalam bahasa Rusia, "Kaum Buruh Soviet: Hancurkan Kontrarevolusi Yeltsin-Bush!" Di sana ditulis mobilisasi kaum buruh sudah harus membersihkan sampah masyarakat kontrarevolusioner dalam barikade Boris Yeltsin, sehingga membuka jalan bagi revolusi politik proletar. Kami menyerukan untuk melakukan revolusi politik untuk mengalahkan pemulihan kembali kapitalis dan mengembalikan proletar Soviet ke kekuasaan politik. Hanya bagi mereka yang berada di bawah kekuasaan ideologi kapitalis atau memperoleh keuntungan materi yang terlalu cepat menyatakan runtuhnya Uni Soviet pada waktu itu. Tidak adanya perlawanan oleh kelas buruh yang telah dikhianati dan diporak-porandakan selama beberapa dekade oleh kesalahan pemerintahan Stalin dan represi yang kejam merupakan faktor yang menentukan kehancuran negara buruh Soviet.
Pembelaan kami untuk Uni Soviet tidak hanya terbatas pada program kami bagi Uni Soviet: pembelaan militer tanpa syarat melawan imperialisme dan kontrarevolusi dari dalam; bagi revolusi politik proletar untuk mengeluarkan birokrasi dan mengembalikan Uni Soviet ke jalan Lenin dan Trotsky. Dinyatakan pula dalam pembelaan militer kami tanpa syarat bagi Revolusi Vietnam; dalam perlawanan kami terhadap usaha Solidarnosc yang disponsori oleh Wall Street dan Vatikan untuk menggulingkan negara buruh Polandia yang telah cacat; dalam seruan kami untuk "Hidup Tentara Merah di Afganistan--Memperluas kemenangan sosial dari Revolusi Oktober kepada rakyat Afganistan!"; dalam intervensi aktif kami bagi penyatuan kembali Jerman yang revolusioner.
Sejarah berbicara sangat lantang akan keputusan-keputusannya. Naiknya kontrarevolusi di bekas Uni Soviet merupakan suatu kekalahan yang tak ada bandingannya bagi kaum buruh di seluruh dunia, yang dengan sangat meyakinkan merubah susunan politik di planet ini. Tidak lagi ditantang oleh kekuasaan militer Soviet, imperialisme Amerika Serikat telah menyatakan suatu "dunia yang mempunyai hanya satu adikuasa saja," bertindak kasar terhadap rakyat semi-kolonial mulai dari Teluk Persia sampai ke Haiti. Tidak ada lagi pemimpin ekonomi tanpa saingan dari imperialisme dunia, Amerika Serikat masih mempertahankan keuntungan dengan pembunuhan oleh kuasa militernya, walaupun sering kali lebih ingin menutupi terornya di bawah daun naungan "kemanusiaan" Perserikatan Bangsa-Bangsa, "sarang pencuri" (gambaran Lenin terhadap pendahulu Perserikatan Bangsa-Bangsa, Liga Bangsa-Bangsa). Tetapi imperialisme-imperialisme yang bersaingan, terutama Jerman dan Jepang, tidak lagi dikendalikan oleh persatuan anti-Soviet, sedang mengejar dengan cepat keinginan mereka sendiri untuk menguasai pasar dunia dan secara bersamaan melakukan perluasan kekuatan militer mereka. Dalam konflik-konflik antara blok perdagangan regional yang bersaingan sekarang ini, bayang-bayang perang di masa depan semakin tajam. Melawan persaingan antar imperialis semakin tumbuh, kami menegaskan kembali: "Musuh utama ada di dalam negaranya sendiri!"
Menengok kembali ke masa sebelum Perang Dunia I, masa "dunia pasca-Perang Dingin" memberikan banyak kesamaan. Dengan masalah yang menimbulkan konflik antar imperialis yang baru, kami bisa meramalkan bahwa kaum reformis dan sentris masa kini akan bertindak dalam semangat nenek moyang sosial-demokratik mereka pada tanggal 4 Agustus 1914 dalam rangka mendukung para penguasa mereka sendiri di dalam masa perang. Semangat ini benar-benar diperlihatkan dengan dukungan mereka bagi kontrarevolusi di Uni Soviet.
Bersamaan dengan kemelaratan masal di Uni Soviet, saling membunuh antar saudara "pembersihan etnis" berkecamuk di seluruh negara kapitalis baru di Eropa Timur dan negara-negara republik bekas Soviet yang masih lemah. Di wilayah ini kontrarevolusi dimotori oleh ideologi nasionalis daripada perkara modal yang tidak ada. Ideologi tersebut seringkali menyebabkan munculnya kembali antagonisme nasional sebelum Perang Dunia II di negara-negara kapitalis yang berada di wilayah ini. Sebagai akibat kontrarevolusi, ideologi nasionalis kembali merupakan penghalang utama yang harus bisa ditembus oleh kaum revolusioner.
Di Eropa Barat tindakan-tindakan sistem kesejahteraan sosial dikurangi karena kaum borjuis tidak melihat perlunya mencegah "hantu komunisme" dalam memenuhi kebutuhan. Sementara iklim ideologis "matinya komunisme" mempengaruhi kesadaran kaum proletar, di banyak negara di dunia perjuangan kelas yang tajam memberikan dasar obyektif bagi regenerasi Marxisme sebagai teori sosialisme ilmiah dan revolusi proletar. Itu bukanlah komunisme, akan tetapi parodinya, Stalinisme, yang telah terbukti menemui jalan buntu.
Kontrarevolusi yang penuh dengan kemenangan belum saja menghancurkan kaum proletar di negara-negara bekas Uni Soviet dan di negara-negara Eropa Timur baik secara material maupun ideologis; dari seluruh rangkaian di negara-negara (misalnya Itali, Perancis) dimana Partai-partai Komunis mendapatkan kesetiaan lapisan terdepan dari kelas buruh, kaum proletar telah dimanipulasi bahwa "sosialisme telah gagal." Bohong ini dipromosikan oleh birokrasi Stalinis yang pada masa itu sedang menguasai negara buruh yang telah cacat dan membawanya pada penghancuran terhadap negara tersebut. Kremlin dibantu oleh kaum Stalinis di Jerman Timur, memimpin kontrarevolusi di Republik Demokrasi Jerman, tergesa-gesa menyerahkan negara tersebut kepada Reich Keempat. Birokrasi Kremlin di bawah Gorbachev melaksanakan pengkhianatan yang akhir dan kematiannya, dengan menyatakan bahwa sosialisme telah menjadi percobaan utopia tanpa harapan sukses dan menyatakan keunggulan sistem pasar kapitalis. Disintegrasi Partai Komunis Uni Soviet melahirkan gerombolan-gerombolan yang secara terbuka kontrarevolusioner yang dipimpin oleh Boris Yeltsin. Yeltsin bertindak sebagai agen terbuka imperialisme A.S. dalam memulihkan kembali kapitalisme. Karenanya kasta-kasta penguasa Stalinis dan para rekan pemikir mereka di Barat menanggung langsung tanggung jawab atas penghancuran aspirasi sosialis dari lapisan terdepan kaum proletar di Eropa Barat dan di tempat-tempat lain.
Pernyataan Trotsky dalam Program Peralihan tahun 1938 bahwa "Situasi politik dunia dengan keseluruhannya dicirikan oleh krisis bersejarah kepemimpinan proletar" mendahului kemunduran dalam kesadaran kaum proletar saat ini. Kenyataan era pasca-Soviet ini menambah suatu dimensi baru terhadap pengamatan Trotsky. Satu-satunya cara untuk mengatasi kemunduran ini dan agar kelas buruh bisa menjadi sebuah kelas bagi mereka sendiri, yaitu berjuang bagi revolusi sosialis, adalah untuk menempa kembali suatu partai internasional Leninis-Trotskyis sebagai pemimpin kelas buruh. Marxisme harus sekali lagi memenangkan kesetiaan kaum proletar.
Di Tiongkok, ideologi nasionalis yang ekstrim didorong oleh birokrasi Stalinis yang berkuasa merupakan suatu jembatan langsung bagi pemulihan kapitalis. Inti dari kontrarevolusi "reformir-reformir pasar" di Tiongkok merupakan upaya dari birokrasi yang hendak menjadi sekutu dalam mengeksploitasi bersama dengan kekuatan-kekuatan kapitalis dan khususnya kaum kapitalis Tionghoa yang tidak dihancurkan sebagai sebuah kelas (sebagaimana teman imbangan mereka dari Rusia setelah Oktober 1917) namun terus berfungsi di Taiwan, Hongkong, Singapura dan lain-lain. Tiongkok telah membuat "zona ekonomi khusus" sebagai wilayah untuk pengeksploitasian imperialis dan tak menyentuh ekonomi kapitalis Hongkong yang berbalik, sementara tentara dan birokrasi pada umumnya terlibat dalam usaha-usaha bisnis yang besar. Sekarang birokrasi, dimana bagian-bagiannya berusaha untuk menjadi penghisap kapitalis baru, melihat kepada penghancuran industri milik negara secara besar-besaran, dengan demikian mengacarakan untuk membongkar apa yang menjadi sisa-sisa ekonomi terencana dari negara buruh yang telah cacat.
Cara ini tak bisa dilaksanakan tanpa mengganggu perlawanan kelas buruh militan. Birokrasi Stalinis yang berkuasa diperlihatkan di Lapangan Tiannanmen pada tahun 1989--suatu revolusi politik yang baru mulai--baik ketakutannya terhadap kaum proletar maupun maksudnya untuk menggantungkan diri kepada kekuatan perusak tanpa embel-embel "glasnost" ("keterbukaan" politik dari pemimpin Soviet Gorbachev). Pilihan-pilihan bagi Tiongkok adalah revolusi politik proletar atau kontrarevolusi kapitalis. Faktor yang sangat kritis adalah kepemimpinan revolusioner untuk memperkenalkan kembali kesadaran kelas internasionalis yang menjiwai para pendiri Komunis dari Tiongkok pada awal tahun 1920-an. Perjuangan bagi revolusi politik proletar di Tiongkok yang memiliki dampak sangat penting bagi kaum buruh di seluruh dunia. Hasilnya akan berpengaruh besar dalam negara buruh yang telah cacat dan masih tetap ada (Kuba, Vietnam dan Korea Utara) dan juga di negara-negara Asia seperti Indonesia, Korea Selatan, Thailand, Malaysia dan Filipina, dimana suatu proletar muda militan telah muncul sebagai suatu faktor yang sangat kuat.

4. Dasar Teoritis dan Sejarah Liga Komunis Internasional (Internasionalis Keempat)
Sebagaimana yang digambarkan oleh Trotsky dalam artikelnya yang ditulis pada tahun 1937, "Stalinism and Bolshevism" [Stalinisme dan Bolshevisme]: "Jaman reaksioner seperti yang kami alami tidak hanya menghancurkan dan memperlemah kelas buruh dan pelopornya, melainkan juga memperendah tingkat ideologi umum dari gerakan tersebut dan membuang kembali pemikiran politik jauh ke belakang. Dalam kondisi-kondisi ini, tugas pelopor adalah di atas segala-galanya, agar tidak membiarkan dirinya dibawa mundur ke belakang, ia harus berenang melawan arus" [diterjemahkan dari teks bahasa Inggris]. Dalam era pasca-Soviet ini, dimana Marxisme secara luas disalah artikan dengan Stalinisme, telah dihidupkan kembali segala sesuatu mulai dari pandangan anarkis sampai kepada mistisisme dan idealisme anti-materialis. Karl Marx menjelaskan: "Penderitaan religius pada suatu saat pada saat yang sama merupakan pengungkapan penderitaan yang sesungguhnya serta sebuah protes terhadap penderitaan yang sesungguhnya. Agama merupakan keluh makhluk yang tertekan, hati dari dunia yang tanpa hati, dan jiwa dari kondisi yang tanpa jiwa. Itu merupakan candu bagi manusia. Penghapusan agama sebagai kebahagiaan yang angan-angan dari manusia adalah tuntutan bagi kebahagiaan yang nyata. Menyerukan agar mereka membuang khayalan-khayalan mengenai kondisi mereka seruan agar mereka membuang suatu kondisi yang memerlukan khayalan-khayalan" ("Critique of Hegel's Philosophy of Right" [Kritik atas Filsafat Hukum dari Hegel], (1844) [diterjemahkan dari teks bahasa Inggris]).
Liga Komunis Internasional mendasarkan diri pada materialisme dialektika historis Marxis, dan melanjutkan tradisi-tradisi revolusioner gerakan kelas buruh internasional dicontohkan gerakan Chartist Inggris pada tahun 1840-an dan Partai "Proletar" Polandia (1882-86), partai buruh pertama di kerajaan tsar. Kami berdiri di atas karya kaum revolusionis seperti Marx, Engels, Lenin, Trotsky, Luxemburg dan Liebknecht. Kami menanggapi terutama pengalaman Partai Bolshevik yang mencapai puncaknya pada Revolusi Rusia pada tahun 1917, satu-satunya revolusi yang dilakukan oleh kelas buruh sampai saat ini. Sejarah ini menjelaskan tentang awal kami, apa yang kami usaha bela dan kemana kami mau pergi.
Kami secara khusus berusaha untuk mendorong perspektif-perspektif kelas buruh internasional mengenai Marxisme sebagaimana dikembangkan dalam teori dan praktek oleh V.I. Lenin dan L.D. Trotsky, seperti yang dimasukkan dalam keputusan-keputusan dari empat kongres pertama Internasional Komunis [Komintern] dan oleh "Program Peralihan" tahun 1938 dan dokumen-dokumen penting lain dari Internasional Keempat, misalnya "War and the Fourth International" [Perang dan Internasional Keempat] (1934). Bahan-bahan ini merupakan kodifikasi dokumenter gerakan komunis internasional yang sangat diperlukan, dan merupakan dasar bagi tugas-tugas revolusioner organisasi kami.
Kami kaum komunis mempunyai tujuan untuk merebut kekuatan proletar pada kekuasaan negara dan membangun kembali masyarakat di atas suatu dasar sosialis persamaan martabat yang baru. Pada jaman ini hal mengenai kapitalisme dalam masa pembusukan yang parah ini, kami merupakan pembela-pembela yang paling konsisten Era Pencerahan dan kemenangan revolusi borjuis: kami adalah pejuang-pejuang keras bagi kebebasan demokratik-borjuis--bagi hak untuk memanggul senjata; bagi penghapusan hak-hak istimewa kerajaan dan aristokrat; bagi pemisahan gereja dan negara; melawan pemaksaan unsur fundamentalisme keagamaan sebagai suatu program politik; bagi pembelaan akan kebebasan berbicara dan berkumpul menentang pelanggaran batas negara borjuis; menentang "hukuman" biadab seperti hukuman mati; bagi persamaan di mata hukum untuk kaum wanita dan kaum minoritas.
Kami juga pembela keras hak-hak proletar sebagaimana digambarkan dalam pamflet James Burnham "The People's Front--The New Betrayal" [Front Rakyat--Pengkhianatan Baru] (1937): "Dibawah demokrasi kapitalis, terdapat beberapa macam hak-hak dari golongan ketiga, yang tepatnya bukanlah `hak-hak demokratik' namun lebih ke hak-hak proletar. Ini seperti hak-hak dalam melakukan demonstrasi sebagai barisan penjaga para pemogok, dan mogok dan mengatur melalui perserikatan. Asal-usul dari hak-hak ini dapat diketemukan dalam perjuangan mandiri kaum proletar melawan kaum borjuis dan negara borjuis" [diterjemahkan dari teks bahasa Inggris].
Kami diilhami oleh James P. Cannon, seorang pemimpin pada awal Partai Komunis Amerika yang direkrut ke aliran Trotskyisme pada Kongres Keenam Komintern dan berjuang untuk merealisir formasi sekelompok Trotskyis, pada mulanya dalam Partai Komunis, dan mengakar dalam perjuangan kelas buruh. Cannon adalah pendiri utama Socialist Workers Party (SWP). Perjuangannya untuk mendirikan sebuah partai proletar, menempa suatu kepemimpinan partai kolektif Leninis (menolak faksionalisme tetap di awal Partai Komunis dan menentang persekongkolan klik-klikan yang membelenggu, misalnya di antara kaum Trotskyis Perancis) dan perjuangan 1939-40 melawan oposisi borjuis-kecil dalam SWP (Shachtman dan Burnham) yang berpindah dari Trotskyisme karena masalah Rusia--ini adalah warisan revolusioner yang dijunjung oleh Liga Komunis Internasional.
Cannon berjuang melawan aliran revisionis Pablois yang muncul di dalam gerakan Trotskyis setelah Perang Dunia II, walaupun hal ini dilakukan tidak secara tuntas dan pada wilayah nasionalnya sendiri. Dalam dokumen-dokumen dasar kami (lihat terutama "Genesis of Pabloism" [Lahirnya Pabloisme], Spartacist No. 21, Fall 1972), sementara menjadi amat kritis atas kesalahan-kesalahan dari kelompok anti-Pablois, kami memihak kepada mereka dalam memperjuangkan yang paling penting ini bagi pelestarian Trotskyisme. Ciri utama dari Pabloisme adalah penolakan perlunya kepemimpinan revolusioner dan penyesuaian terhadap kepemimpinan nasionalis Stalinis, sosial-demokratik dan borjuis-kecil yang ada. Menyusul didirikannya negara buruh yang telah cacat di Eropa Timur, Pablo meramalkan "adanya negara-negara buruh yang dicacati berabad-abad" dan menyatakan bahwa partai-partai Stalinis dapat "menggambarkan sebuah orientasi revolusioner secara kasar."
Kekurangan lengkap untuk menjelaskan perluasan Stalinisme, Cannon dan kaum Trotskyis ortodoks pada permulaannya mencoba menangkis kesimpulan-kesimpulan likuidasionis dengan menyangkal kenyataan (misalnya menolak untuk mengakui Tiongkok sebagai sebuah negara buruh yang telah cacat hingga tahun 1955). Cannon berjuang melawan penolakan Pablo atas proletariat sebagai satu-satunya kelas yang mampu mengubah masyarakat dan penyangkalan terhadap perlunya partai pelopor Trotskyis. Akan tetapi perjuangan ini tidak sepenuhnya berhasil dilaksanakan secara internasional. Penyangkalan terhadap peranan utama kaum proletar merupakan sumber dari setiap percobaan Pablo (dan kemudian Ernest Mandel) dalam revisionisme (misalnya, "jalan gerilya," para mahasiswa sebagai "pelopor massa baru").
Asal Liga Komunis Internasional adalah Spartacist League/U.S., yang mulai sebagai Revolutionary Tendency [Aliran Revolusioner] SWP dan mendasarkan dirinya terutama pada dokumen Socialist Labour League Inggris, World Prospect for Socialism [Prospek Sosialisme Dunia] (1961), dan dua dokumen Revolutionary Tendency, In Defense of a Revolutionary Perspective [Dalam Pembelaan Perspektif Revolusioner] (1962) dan khususnya Toward Rebirth of the Fourth International [Menuju Lahirnya Kembali Internasional Keempat] (1963), terakhir yang diajukan dalam Konperensi SWP pada tahun 1963. Pada konferensi pendiriannya pada tahun 1966, Spartacist League/U.S. menyetujui sebuah Deklarasi Prinsip-Prinsip (lihat Marxist Bulletin SL/U.S. No. 9) yang menjadi model bagi Deklarasi Prinsip-Prinsip Internasional ini. Liga Komunis Internasional dengan menyumbangkan kejelasan teoritis gerakan Marxis dan menempa kembali senjata organisatoris buruh yang sangat diperlukan, menjunjung tinggi prinsip-prinsip proletar revolusioner Marxisme dan meneruskannya kepada pelopor kelas buruh.
"Dari sifatnya, oportunisme adalah nasionalis, karena terletak pada kebutuhan-kebutuhan proletar setempat dan sementara, bukan pada tugas-tugas bersejarahnya.... Persatuan internasional bagi kami bukanlah sekedar perhiasan saja, tetapi merupakan sendi pandangan teoritis dan kebijaksanaan kami" (Leon Trotsky, "The Defense of the Soviet Union and the Opposition" [Pembelaan untuk Uni Soviet dan Kaum Oposisi], 1929). Dari permulaan sebagai sekelompok kecil golongan muda Trotskyis yang secara birokratik dikeluarkan dari SWP, perspektif dan tindakan Spartacist League diarahkan kepada kelahiran kembali Internasional Keempat dan menentang alam pikiran dipusatkan kepada Amerika.
Pada tahun 1974, Declaration for the Organization of an International Trotskyist Tendency [Deklarasi Untuk Mengorganisir Aliran Trotskyis Internasional] disetujui, secara formal mendirikan aliran Spartasis internasional (aSi). Dokumen ini secara tegas menyerang praktek-praktek non-Bolshevik federalis yang dilakukan oleh para lawan Trotskyis gadungan kami, SWP, Sekretariat Tergabung dan Komite Internasional Gerry Healy, semuanya bersembunyi di balik gertak sambal dalam bentuk Undang-undang Voorhis Amerika Serikat yang terang-terangan tidak demokratis supaya terhindar dari praktek internasionalisme Leninis revolusioner. Sebaliknya aSi (pendahulu Liga Komunis Internasional) secara terbuka menyatakan bahwa dunia dia akan diperintah oleh prinsip-prinsip sentralisme demokratik internasional.
Konferensi internasional pertama dengan para wakil diselenggarakan pada tahun 1979, memilih sebuah komite eksekutif internasional. Sejak itu telah memperlihatkan prestasi yang sesuai dalam memperluas internasional aliran kami ke Amerika Latin dan Afrika Selatan dan perluasan-perluasan lebih jauh di Eropa dan Asia. Pertumbuhan internasional ini merupakan penyeimbang yang sangat penting terhadap tekanan-tekanan pada pencacatan seksi terbesar kami yang berada dalam kancah iklim politik yang relatif reaksioner yang berlarut-larut di Amerika Serikat.
Pada tahun 1989, aSi menjadi Liga Komunis Internasional (Internasionalis Keempat), Stalinisme memancangkan panji-panji komunisme melalui lumpur serta secara sistematis membalikkan pemahaman setiap prinsip dasar dan istilah Marxisme, dan tingkat pengenalan umum kemajuan manusia dengan cita-cita komunisme berada pada titik yang relatif rendah. Namun cara kerja imperialisme kapitalis menimbulkan kembali kebencian subyektif yang tajam terhadap penindasan di antara jutaan orang di seluruh dunia. Ketidak-beradaan kepemimpinan yang bersih komunis yang benar-benar dirasakan oleh banyak orang, berakibat pada program internasionalisme Leninis dapat diajukan dengan pengaruh yang besar.
Investasi yang dilakukan oleh kaum imperialis di beberapa negara "Dunia Ketiga" dimana gaji rendah telah menimbulkan penduduk kaum proletar dalam jumlah besar di daerah-daerah yang tidak terduga sebelumnya. Disana ada kemungkinan akan terjadi pertempuran diantara buruh dan pemodal. Dalam usaha kami untuk memperluas partai kami ke luar negara-negara Barat yang maju, kami berusaha untuk memasukkan internasional kami dengan keberanian Bolshevik seperti Kote Tsintsadze:
"Ia memerlukan kondisi yang sungguh luar biasa seperti tsarisme, kehidupan yang tidak sah, penjara, deportasi, bertahun-tahun berjuang melawan Menshevik, dan terutama pengalaman dari tiga revolusi untuk menghasilkan pejuang-pejuang seperti Kote Tsintsadze.... Partai-partai Komunisme di Barat belum mendidik pejuang-pejuang seperti Tsintsadze. Hal demikian ini merupakan kelemahan yang menimpa mereka, meskipun ditentukan oleh alasan-alasan sejarah namun sebenarnya merupakan suatu wujud ketidakberdayaan. Oposisi Kiri di negara-negara Barat bukan merupakan pengecualian dalam hal ini dan harus diperhatikan dengan baik."
--Trotsky, "At the Fresh Grave of Kote Tsintsadze" [Pada Kuburan Kote Tsintsadze yang Masih Segar], 7 Januari 1931 [diterjemahkan dari teks bahasa Inggris].

5. Sifat Internasional Revolusi Sosialis
Pengalaman sejarah telah menunjukkan bahwa jalan menuju sosialisme bisa terbuka hanya dengan menciptakan kekuasaan rangkap [dual power] yang memuncak dengan runtuhnya negara kapitalis dan kemenangan negara buruh dan membangun tatanan sosial baru. Aparat polisi, militer, birokratis, hukum dan politik dari tatanan lama tidak dapat direformir supaya melayani kepentingan kaum proletar. Aparat tersebut harus dihancurkan dan digantikan melalui kediktatoran proletar--suatu pemerintahan kaum buruh berdasarkan atas dewan-dewan buruh dan didukung oleh kekuatan bersenjata kaum buruh. Negara demikian itu akan mempertahankan dirinya sendiri terhadap usaha-usaha kontrarevolusioner yang dilakukan kelas penguasa yang digulingkan dan ingin kembali mengambil kekuasaan. Negara demikian itu akan menyusun ekonomi atas garis-garis rasional. Pada saat dasar ekonomik dari kelas-kelas sosial menurun, negara berbasis kelas buruh akan semakin mempunyai peran yang hanya bersifat administratif. Pada akhirnya, negara tersebut akan melenyap dengan hadirnya komunisme yang tanpa kelas. Tetapi tindakan yang perlu diambil untuk mencapai tujuan adalah melalui cara pengganyangan imperialisme kapitalis sebagai sistem dunia dan pembentukan suatu pembagian pekerjaan atas dasar sosialis di seluruh dunia.
Sifat internasional kelas buruh secara potensial memiliki keunggulan di atas kaum borjuis. Hal ini mengingat bahwa kaum kapitalis melakukan cara-cara anarkis adu domba di antara satu golongan kapitalis nasional dengan golongan kapitalis lain. Cara ini dengan terus-menerus menciptakan ketidaksamaan dan krisis-krisis baru. Agar supaya keunggulan dari kaum kapitalis tercapai, kaum proletar memerlukan sebuah partai internasional yang mampu mempersatukan kelas atas perbedaan bangsa dan perbedaan lainnya dan supaya koordinir perjuangan-perjuangan buruh yang saling tergantung di dalam setiap negara. Sementara revolusi bisa mulai di suatu negara, kemenangan yang hanya sebagian akan diamankan hanya dengan penyebaran revolusi ke negara-negara lain dan pada akhirnya penguasan dunia atas organisasi ekonomi sosialis. Kami berjuang untuk menempa kembali Internasional Keempat, partai dunia revolusi sosialis. Program dan tujuan-tujuan partai itu tetap berlaku hingga hari ini seperti halnya pada pendiriannya dalam tahun 1938.
Sebuah partai Leninis dibentuk tidak hanya melalui perekrutan secara terus-menerus, melainkan melalui pemecahan dari kelompok-kelompok oportunis atas dasar program serta fusi-fusi dengan unsur-unsur revolusioner yang sedang memisahkan diri dari sentrisme. Terutama kalau fusi-fusi ini melibatkan lebih dari satu negara, harus ada masa percobaan yang sangat teliti supaya membangun landas kuat untuk persetujuan politik. Sasaran kami adalah menyatukan kelompok-kelompok yang berorientasi menuju tercapainya revolusi-revolusi Oktober baru--tidak ada tujuan lain, bukan pula yang lain, serta tak ada yang kurang dari sasaran itu.


6. Peranan Kelas Buruh sebagai Pelopor dalam Membela Kaum Tertindas
Peranan kelas buruh sebagai pelopor menjadi ujung tombak perspektif Marxis dari sosialisme dunia, terutama bobot yang menentukan dari kaum proletar di negara-negara industri. Hanya kelas buruhlah yang mempunyai kekuatan sosial dan pemaksaan akan kepentingan obyektif yang jelas untuk membebaskan umat manusia dari penindasan. Karena tidak mempunyai kekuatan penyangga dalam mempertahankan tatanan borjuis, kekuatan kelas buruh yang besar terletak pada peranan produktif, jumlahnya dan organisasinya.
Kekuasaan sebagian kecil masyarakat kapitalis yang masih tetap berlangsung dapat dipertahankan hanya melalui perancuan dari kelas buruh dan diharapkan dapat memahami tentang keadaan yang sebenarnya. Di Amerika Serikat golongan-golongan penguasa berhasil mengeksploitir pembagian-pembagian yang dalam kaum proletar, pertama sepanjang garis-garis di bidang agama dan etnis dan kemudian garis-garis di bidang ras. Sebagai bagian dari kasta ras-warna kulit [race-color caste] tertindas, para buruh kulit hitam lebih tertindas secara ganda dan memerlukan cara khusus untuk perjuangan (misalnya, organisasi peralihan seperti liga-liga perjuangan buruh/kulit hitam). Kelas buruh mengatasi pembagian-pembagian itu demikian hanya melalui perjuangan terus menerus tetapi kemajuan bisa juga dibalikkan. Sosialisme di Amerika Serikat hanya akan dicapai melalui perjuangan bersama buruh kulit hitam dan putih di bawah kepemimpinan pelopor revolusioner yang multiras.
Masalah orang kulit hitam di Amerika Serikat diwujudkan oleh sejarah khusus di Amerika Serikat; perbudakan, kekalahan Perang Saudara kekuasaan yang dipegang oleh pemilik budak di Selatan oleh kapitalisme industri di Utara dan pengkhianatan borjuis terhadap janji-janji Rekonstruksi Radikal akan persamaan, yang membawa pemisahan rasial orang kulit hitam, walau dalam kenyataanya integrasi ekonomi dari kerja keras orang kulit hitam dalam kaum proletar di tingkat paling bawah. Pemisahan terhadap orang kulit hitam yang dapat dipaksakan, melekat kepada kapitalisme Amerika, telah ditentang oleh rakyat kulit hitam, pada setiap waktu dimana dirasakan ada kesempatan untuk berjuang. Mengingat hal tersebut program kami untuk Amerika Serikat adalah dalam rangka untuk integrasionisme revolusioner--integrasi penuh orang kulit hitam ke dalam Amerika yang egaliter dan sosialis--dan program kami tentang "pembebasan orang kulit hitam melalui revolusi sosialis."
Kapitalisme moderen, yaitu, imperialisme, memasuki semua bidang di planet bumi ini. Dengan perjuangan kelas dan kalau dibutuhkan oleh ekonomi, imperialisme menambah kaum proletar di tingkat bawah dengan sumber baru buruh murah, terutama para imigran dari wilayah-wilayah dunia yang lebih miskin dan kurang maju--mereka tidak mempunyai banyak hak dan lebih gampang dibuang kalau tidak dibutuhkan lagi apabila terjadi resesi ekonomi. Kapitalisme melalui cara ini menciptakan lapisan yang berbeda di antara kaum buruh, sementara juga menggabungkan kaum buruh dari berbagai negara yang berbeda. Dimana-mana, kaum kapitalis bersama dengan bantuan dari para oportunis aristokrasi buruh berupaya untuk meracuni kesadaran kelas dan solidaritas kelas di antara para buruh melalui cara seperti menimbulkan perpecahan agama, pembedaan nasional dan etnis. Tugas yang terpenting bagi pelopor kaum proletar adalah perjuangan untuk bersatu dan memelihara integritis kelas buruh terhadap perlawanan perasaan kebangsaan yang ekstrim serta rasisme.
Akhir-akhir ini kefanatikan anti-imigran menetapkan politik rasis/gerakan kanan dan merupakan percobaan berat bagi gerakan buruh dan kaum kiri dari negara-negara di Eropa Barat hingga ke Afrika Selatan dan Asia Timur. Liga Komunis Internasional berjuang menentang deportasi--berjuang bagi hak-hak kewarganegaraan penuh bagi semua imigran! Berjuang bagi mobilisasi buruh/minoritas untuk menghentikan kelompok-kelompok fasis! Berjuang bagi pembelaan perjuangan buruh! Berjuang bagi milisi-milisi buruh multiras/multietnis melawan kekerasan komunal!
Hasutan-hasutan fasis menjadi subur karena pengangguran, kemiskinan dan ketidak-stabilan yang merupakan unsur-unsur inti dari sistem kapitalis. Teror fasis dan serangan-serangan pemerintah terhadap imigran dan minoritas tertindas lainnya hanya bisa diperangi secara efektif melalui perspektif menggulingkan sistem kapitalis dan menggantikannya dengan suatu sistem ekonomi kolektif dan terencana secara internasional. Seperti ditulis Trotsky pada tahun 1930 ketika di bawah pengaruh Depresi Ekonomi, Partai Nazi muncul sebagai suatu ancaman serius dalam mengambil alih kekuasaan di Jerman: "Negara Serikat Soviet Eropa--itu merupakan satu-satunya slogan yang tepat dan menunjukkan cara untuk memecahkan berkeping di Eropa. Situasi ini mengancam bukan saja Jerman melainkan seluruh Eropa dengan kemunduran total ekonomi dan budaya" ("The Turn in the Communist International and the Situation in Germany" [Perubahan Dalam Internasional Komunis dan Situasi di Jerman], 26 September 1930 [diterjemahkan dari teks bahasa Inggris]).
Dalam upaya menemukan titik utama peran Marxis, maka diperlukan analisis dan penyebaran terjadinya penindasan terhadap kaum wanita, muda-mudi, minoritas dan semua sektor tertindas harus dilakukan di setiap negara. Seperti ditulis Lenin dalam What Is To Be Done? [Apa Yang Harus Diperbuat?] (1902): "...cita-cita Sosial-Demokrat bukanlah sekretaris serikat buruh, melainkan corong rakyat, yang mampu memberi reaksi terhadap setiap manifestasi tirani dan penindasan, tanpa memperdulikan dimana ia muncul, tanpa memperdulikan lapisan atau kelas apa yang ia pengaruhi; siapa yang mampu melakukan generalisasi semua manifestasi ini dan menunjukkan sebuah gambaran kekerasan polisi dan pemerasan kapitalis; siapa yang mampu mengambil untung dari setiap peristiwa, bagaimanapun kecilnya, agar supaya menyatakan di hadapan umum pendirian sosialisnya dan tuntutan-tuntutan demokratiknya, agar supaya dapat menjelaskan bagi semua orang dan setiap orang tentang makna perjuangan dunia yang bersejarah bagi kebebasan kaum proletar" [diterjemahkan dari teks bahasa Inggris].
Revolusi sosialis dijadikan jalan bagi Liga Komunis Internasional dalam memperjuangkan pembebasan kaum wanita. Di negara-negara yang perkembang kapitalis terlambat penindasan dan degradasi kaum perempuan sangat berakar pada "tradisi" prakapitalis dan ketahyulan agama. Di negara-negara ini perjuangan melawan penindasan terhadap wanita merupakan motor penggerak perjuangan revolusioner. Walaupun kondisi wanita di negara kapitalis yang paling maju adalah jauh lebih berbeda, kondisi tersebut pula dipertunjukkan terbatasnya kebebasan dan kemajuan sosial di bawah kapitalisme. Kaum revolusioner merupakan pejuang paling konsisten untuk hak-hak demokratis dasar perempuan misalnya pengguguran kandungan yang gratis serta sah dan "persamaan upah untuk kesamaan kerja." Suasana sosial yang reaksioner diperburuk dari runtuhnya Uni Soviet dan kampanye yang dilakukan bersama-sama untuk memundurkan perlindungan "negara kesejahteraan" rakyat. Suasana ini meningkatan secara tajam kefanatikan terhadap anti-seks, anti-wanita dan anti-homoseksual. Kami menentang semua undang-undang terhadap kejahatan tanpa korban. Kejahatan ini seperti perlakuan mengkriminalkan perbuatan homoseksual atau perbuatan-perbuatan seksual lainnya yang disetujui oleh kedua belah pihak, pelacuran dan penggunaan obat-obatan terlarang.
Penindasan kaum perempuan merupakan ketidaksamaan sosial yang paling tua dalam sejarah umat manusia yang berlangsung sejak timbulnya kepemilikan pribadi dan hanya bisa dihilangkan melalui masyarakat yang tidak mengenal kelas. Keluarga merupakan lembaga sosial fundamental yang menindas kaum wanita. Fungsinya sebagai tempat dimana generasi berikutnya dibesarkan harus digantikan dan pekerjaan kaum perempuan di rumah harus digantikan oleh lembaga-lembaga sosial kolektif dalam masyarakat sosialis. Kami mendukung warisan kaum Bolshevik yang melakukan usaha terorganisasi khusus di antara kaum perempuan supaya merekrut mereka kepada tujuan sosialis, sebagai digambarkan dalam terbitan-terbitan awal dari jurnal Women and Revolution [Perempuan dan Revolusi] dari Spartacist League/U.S.
Sementara berjuang melawan setiap bentuk manifestasi ketidakadilan borjuis, kami menentang sektoralisme, yang berdasarkan kepercayaan bahwa kesadaran seorang individu tidak bisa melampaui pengalamannya sendiri tentang penindasan, dan berjuang mempersatukan kepeloporan semua lapisan sosial yang tertindas di belakang kaum proletar dalam perjuangan menuju sosialisme.
Bukalah jalan bagi pemuda-pemudi! Kunci untuk membangun sebuah partai proletar revolusioner internasional adalah perjuangan untuk memenangkan suatu generasi baru pemuda-pemudi kepada prinsip-prinsip dan program Trotskyisme. Ini termasuk bukan saja perjuangan untuk merekrut pemuda-pemudi buruh melainkan juga usaha di antara mahasiswa. Sebagai sebuah lapisan yang terutama labil dari kaum terpelajar borjuis-kecil, para mahasiswa bisa memainkan peranan aktif dalam kegiatan-kegiatan "radikal" baik kiri maupun kanan. Kami berusaha memenangkan para mahasiswa ke pihak kelas buruh. Seperti Lenin, kami mengakui bahwa partai revolusioner dibangun melalui fusi para intelektual revolusioner yang tidak diikat dengan kelasnya dengan lapisan yang paling maju dalam kaum proletar. Pemuda-pemudi berperan khusus sebagai pengisi peluru meriam dalam perang dan petualangan militer lain para penguasa kapitalis. Perlawanan kami terhadap tentara borjuis dan wajib militer merupakan antitesis terhadap perlawanan yang dimiliki oleh kelompok pasifis atau perlawanan dari mereka yang mencari pengecualian dari tugas wajib militer untuk borjuis-kecil dari kewajiban yang dipikul oleh pemuda-pemudi kelas buruh di banyak negara. Kami ikut serta dengan kelas kami dengan maksud memenangkan prajurit proletar kepada tujuan dan program revolusi komunis. Dalam situasi revolusioner kami memahami bahwa kunci kemenangan proletar adalah membagi dua tentara wajib di sepanjang garis kelas.
Melalui usaha kami di antara pemuda-pemudi kami berusaha merekrut dan melatih kader-kader masa depan partai revolusioner. Tindakan ini dilaksanakan melalui pembentukan organisasi-organisasi pemuda peralihan yang mandiri secara organisasi struktural namun subordinat secara politis terhadap partai revolusioner.
7. Dasar Borjuis dari Revisionisme
Apabila kesadaran revolusioner tidak merata di antara kaum buruh, maka kesadarannya akan ditentukan oleh ideologi golongan penguasa. Secara obyektif, kapitalisme berkuasa melalui kekuatan modal, memonopoli sarana kekerasan dan penguasaan terhadap seluruh lembaga sosial yang ada. Tetapi kalau kemungkinan kapitalisme melebihkan berkuasa dengan "persetujuan" massa melalui penguasaan ideologi borjuis di antara kaum tertindas, yang membantu perkembangan ilusi dan menyembunyikan sumber darah asli. Nasionalisme, patriotisme, rasisme dan agama menyurup ke dalam organisasi kaum buruh secara terpusat melalui agen "letnan buruh" borjuis kecil--birokrasi serikat buruh yang berasal dari sosial demokrasi dan Stalinisme dan bersifat parasit. Birokrasi tersebut berdasarkan lapisan atas dari kelas buruh yang mempunyai hak istimewa. Jika tidak diganti oleh kepemimpinan revolusioner, para reformis ini akan membiarkan organisasi-organisasi kaum buruh menjadi tak berdaya dalam perjuangan bagi kebutuhan-kebutuhan ekonomi kaum buruh di bawah kondisi-kondisi demokrasi borjuis atau bahkan membiarkan organisasi-organisasi ini dihancurkan oleh fasisme yang jaya.
Dalam karyanya mengenai "Imperialism, the Highest Stage of Capitalism" [Imperialisme, Tahap Tertinggi dari Kapitalisme], 1916, Lenin menjelaskan dasar material oportunisme dari birokrasi buruh:
"Kaum kapitalis menerima pendapatan dengan keuntungan yang tinggi dari monopoli mereka, seperti halnya keuntungan dari salah satu dari sekian banyak cabang industri, dari salah satu dari sekian banyak negara, dan lain-lain. Keuntungan tersebut secara ekonomi memungkinkan mereka menyuap bagian-bagian tertentu dari kaum buruh, kadang mencakup kelompok minoritas besar, dan memenangkan mereka ke pihak borjuis dari suatu industri atau negara tertentu melawan semua lainnya. Intensifikasi pertentangan di antara bangsa-bangsa imperialis dalam upaya membagi dunia dapat meningkatkan dorongan ini. Melalui cara ini, ikatan antara imperialisme dan oportunisme dapat terwujudkan.... Kolompok yang paling bahaya di bidang ini adalah mereka [misalnya orang Menshevik Martov] yang tidak ingin tahu bahwa perjuangan melawan imperialisme adalah semu dan hampa saja kalau tidak dikaitkan secara langsung dengan perjuangan melawan oportunisme" [diterjemahkan dari teks bahasa Inggris].
Upaya pelestarian kekuasaan imperialis dibantu besar-besaran oleh degenerasi dan penyerahan oleh aliran-aliran dalam gerakan Marxis. Penyerahan diri kepada tekanan masyarakat borjuis telah berulangkali mendorong kelompok yang menyebut diri Marxis ke arah revisionisme. Revisionisme adalah proses pengabaian kesimpulan Marxis yang sangat penting, yaitu negara merupakan alat penguasa kelas. Revisionisme gaya Bernstein, Menshevisme, Stalinisme dan variasinya Maoisme, mencontohkan proses ini, yang merupakan jembatan kepada praktek-praktek yang jelas reformis. Secara mendunia, selain kaum Stalinis dan Sosial Demokrat, para nasionalis dan orang yang secara politik beragama bekerja keras untuk diluncurkan perjuangan kelas buruh.
Sentrisme merupakan aliran dalam gerakan buruh yang secara programatis heterogen, dan secara teoritis mempunyai banyak bentuk. Sentrisme menempati sejumlah besar bayangan dalam spektrum politik antara Marxisme dan reformisme, antara internasionalisme revolusioner dan patriotisme sosial yang oportunis. Seperti yang telah dicatat Trotsky dalam artikelnya, 1934, "Centrism and the Fourth International" [Sentrisme dan Internasional Keempat]:
"Bagi seorang Marxis revolusioner perjuangan melawan reformisme sekarang hampir sepenuhnya digantikan oleh perjuangan melawan sentrisme.... Maka dari itu perjuangan melawan kaum oportunis yang terselubung harus dialihkan terutama kepada bidang kesimpulan-kesimpulan yang praktis dari kebutuhan yang revolusioner" [diterjemahkan dari teks bahasa Inggris].
Dalam situasi dimana perjuangan antar kelas menajam, kelompok sentris, bagian dari rantai penyakit kotor yang mempertahankan kekuasaan kelas borjuis, menjadi lebih berbahaya dan rentan terhadap diketahui oleh kaum revolusioner. Pelapor Trotskyis revolusioner akan tumbuh dengan mengorbankan lawan-lawan kami yang berhaluan sentris, atau sebaliknya. Hasil dari konfrontasi ini antara Marxisme dan sentrisme merupakan suatu faktor yang sangat menentukan akan berhasil atau gagalnya revolusi.
Prestasi reformis yang sangat buruk dari sosial demokrasi dan Stalinisme, menimbulkan lahirnya kembali anarkisme, sebuah ideologi anti-Marxis berdasarkan idealisme demokratik radikal, yang telah hampir terkikir habis pada awal abad ini oleh Marxisme revolusioner kaum Bolshevik. Demikian pula di antara para anggota serikat buruh hidupnya kembali suasana sindikalis anti-politik diakibatkan kejijikannya terhadap laku wakil-wakil "sosialis" tua dalam parlemen; tetapi kemunduran itu menuju perjuangan ekonomi "murni" ini hanya memungkinkan perjuangan militan kehabisan tenaga tanpa pernah benar-benar menantang para pengkhianat reformis.

8. Perjuangan Melawan Perang Imperialis
Leon Trotsky melakukan kodifikasi program perlawanan internasionalis proletar terhadap perang yang secara tak terhindarkan diakibatkan oleh hancurnya kapitalisme. Trotsky melakukan kodifikasi ini dalam dokumennya pada tahun 1934 "War and the Fourth International" [Perang dan Internasional Keempat]. Seperti dicatat Trotsky: "Perubahan bentuk perang imperialis menjadi perang saudara adalah tugas strategis yang umum itu bagi seluruh usaha partai proletar selama perang harus ditempatkan lebih rendah." Dalam perang-perang antar imperialis seperti Perang Dunia I dan Perang Dunia II, dan dalam perang-perang lainnya antara dua negara kapitalis yang tingkat perkembangannya relatif sama, prinsip dasar kami adalah sikap kalah yang revolusioner: perlawanan mutlak terhadap pembunuhan kapitalis dan kesadaran bahwa lebih baik kalau kaum borjuis dari bangsa sendiri dikalahkan. Seperti yang dikatakan oleh Wilhelm Liebknecht, "Jangan memberikan seorangpun dan satu sen pun" kepada militerisme borjuis.
Dalam peperangan imperialis pembinasaan terhadap bangsa kolonial, semi-kolonial atau negara-negara tergantung, adalah kewajiban kaum proletar di setiap negara untuk membantu bangsa-bangsa tertindas melawan imperialis, sambil mempertahankan kemerdekaan politik menyeluruh dari kekuatan-kekuatan nasionalis dari kaum borjuis dan borjuis-kecil.
Kaum proletar harus memberikan pembelaan militer tanpa syarat melawan imperialisme kepada negara-negara buruh yang telah cacat di Tiongkok, Vietnam, Korea Utara dan Kuba. Pendirian kami mengalir dari sifat kelas yang proletar di negara-negara ini, yang diwujudkan dalam hubungan-hubungan kepemilikan kolektif--kepemilikan yang dinasionalisasikan, ekonomi terencana, monopoli perdagangan luar negeri dan perbankan, dan sebagainya--dibentuk oleh revolusi-revolusi sosial yang menghancurkan kapitalisme. Walaupun pencacatan birokratik di negara-negara ini, pembelaan kami kepada mereka menentang musuh kelas adalah tanpa syarat, yaitu, tidak tergantung kepada penggulingan terlebih dahulu terhadap birokrasi-birokrasi Stalinis, juga tidak tergantung kepada kondisi latar belakang dan sebab-sebab langsung konflik.
Paksaan kearah perang imperialis menjadi sifat dari sistem kapitalis. Penganut-penganut ide "globalisasi" masa kini memberikan suatu pandangan yang keliru bahwa pertentangan kepentingan dari negara bangsa yang bersaing sudah diungguli di era pasca-Soviet ini. Ini tidak lain adalah pengulangan kembali teorinya "ultra-imperialisme" dari Karl Kautsky. Seperti ditulis Lenin dalam Imperialism, the Highest Stage of Capitalism [Imperialisme, Tahap Tertinggi dari Kapitalisme]:
"Lihat perbedaan dari realitas berikut--perbedaan yang besar dalam kondisi ekonomi dan politik, tingkat perbedaan yang sangat ekstrim dalam kecepatan pembangunan di berbagai negara dan lain-lain, dan perjuangan-perjuangan yang keras di antara negara-negara imperialis--dengan cerita dongeng kecil-nya Kautsky mengenai ultra-imperialisme yang `penuh damai'.... Benarkah modal keuangan dari Amerika dan negara lain, yang membagi seluruh dunia secara damai dengan partisipasi Jerman, misalnya, dalam sindikat kereta api internasional, atau dalam perdagangan pengapalan internasional, pada saat ini terlibat dalam membagi kembali dunia atas dasar hubungan kekuatan-kekuatan baru yang sedang diubah dengan metode apa saja kecuali secara damai?" [diterjemahkan dari teks bahasa Inggris].

9. Masalah Nasional dan Hak Semua Bangsa Untuk Menentukan Nasib Sendiri
Seperti ditulis Trotsky dalam "War and the Fourth International" [Perang dan Internasional Keempat] (10 Juni 1934):
"Walaupun kapitalisme telah menggunakan negara bagi perkembangannya, ia tidak sepenuhnya memecahkan masalah nasional di manapun, di satu sudutpun di dunia ini" [diterjemahkan dari teks bahasa Inggris].
Hak untuk menentukan nasib sendiri berlaku bagi semua bangsa. Perjuangan oleh kepemimpinan proletar untuk penentuan nasib sendiri bagi negara-negara tertindas merupakan alat yang kuat untuk melepaskan cengkeraman para pemimpin borjuis-kecil nasionalis atas massa. Liga Komunis Internasional mempertahankan polemik dari Lenin (The Right of Nations to Self-Determination [Hak Bangsa-Bangsa untuk Menentukan Nasib Sendiri], Februari-Mei 1914) dimana Lenin mengatakan: "Kepentingan kelas buruh dan perjuangannya melawan kapitalisme yang mengharuskan solidaritas penuh dan persatuan yang paling erat kaum buruh di semua negara; mereka menuntut perlawanan terhadap politik nasionalis dari kaum borjuis dari setiap bangsa."
Kami mempertahankan argumen Lenin bahwa "Perjuangan yang berhasil melawan eksploitasi mengharuskan kaum proletar bebas dari nasionalisme, dan samasekali netral, boleh dikatakan, dalam perjuangan kearah kekuasaan tertinggi yang sedang terjadi di antara kaum borjuis di berbagai negara. Jika kaum proletar dari satu negara manapun memberikan sedikit saja dukungan kepada hak-hak istimewa dari kaum borjuis di negaranya `sendiri,' ini secara tak terhindarkan akan membangkitkan rasa ketidak-percayaan di antara kaum proletar di negara lain; itu akan memperlemah solidaritas kelas internasional kaum buruh dan memecah mereka, menggembirakan kaum borjuis. Penolakan terhadap hak untuk menentukan nasib sendiri atau memisahkan diri dari sebuah negara, pada prakteknya, secara tak terhindarkan merupakan dukungan bagi hak-hak istimewa dari negara yang dominan" [diterjemahkan dari teks bahasa Inggris].
Namun, ketika tuntutan khusus bagi penentuan nasib bangsa sendiri--sebuah tuntutan demokratis--berlawanan dengan masalah-masalah kelas atau kebutuhan-kebutuhan umum dari perjuangan kelas, kami menentang penggunaannya. Seperti dicatat Lenin dalam "The Discussion on Self-Determination Summed Up" [Diskusi Mengenai Penentuan Nasib Sendiri, Diringkas] (Juli 1916): "Beberapa tuntutan itu demokrasi, termasuk penentuan nasib sendiri, bukan mutlak, tetapi hanya sebagian kecil dari gerakan dunia yang bersifat demokrasi umum (sekarang: sosialis umum). Dalam kasus-kasus kongkrit tertentu, yang sebagian bisa berlawanan dengan yang menyeluruh; jika demikian, itu harus ditolak." Lenin sangat mendukung hak Polandia untuk menentukan nasib sendiri, memperdebatkan masalah terhadap sosialis revolusioner lain seperti Rosa Luxemburg. Namun dalam konteks tertentu dari Perang Dunia I, Lenin membantahkan: "Pada saat ini para Sosial Demokrat Polandia tidak dapat mengajukan slogan kemerdekaan Polandia, karena orang Polandia, sebagai internasionalis proletar, tak mampu berbuat sesuatupun tanpa membungkuk, seperti `Fracy' [sovinis-sosial], menyembah kepada salah satu kerajaan imperialis" [diterjemahkan dari teks bahasa Inggris].
Dalam pendekatan kami kepada hal dimana dua bangsa atau lebih tinggal dan menuntut wilayah yang sama, Liga Komunis Internasional dipandu oleh praktek dan pengalaman kaum Bolshevik, khususnya diskusi mengenai Ukraina pada Kongres Kedua Internasional Komunis. Liga Komunis Internasional meluaskan pengertian dalam posisi ini mengenai Timur Dekat, Siprus, Irlandia Utara dan bekas Yugoslavia. Dalam situasi-situasi demikian, di bawah kapitalisme--di mana kekuasaan negara yang tidak terelakkan didominasi oleh satu bangsa saja--hak demokratik akan menentukan nasib sendiri tidak bisa dicapai bagi suatu bangsa tanpa melanggar hak-hak nasional orang lain. Karenanya konflik-konflik ini tidak bisa dipecahkan secara adil dalam rangka kapitalis. Prasyarat bagi penyelesaian secara demokratis adalah menyapu bersih semua golongan borjuis di wilayah tersebut.

10. Revolusi Kolonial, Revolusi Permanen dan "Jalan Gerilya"
Pengalaman semenjak Perang Dunia II telah betul-betul membenarkan teori Trotskyis mengenai revolusi permanen yang menyatakan bahwa pada jaman imperialis revolusi borjuis demokratik dapat diselesaikan hanya oleh kediktatoran proletar didukung oleh kaum petani. Hanya di bawah kepemimpinan proletar revolusioner negara-negara kolonial dan semi-kolonial dapat memperoleh kemerdekaan nasional sejati. Agar-supaya terbuka jalan menuju sosialisme memerlukan perluasan revolusi ke negara-negara kapitalis maju.
Revolusi Oktober itu membuktikan kesalahan dari ide Menshevik mengenai revolusi sebagai sesuatu yang bertahap; kaum Menshevik mengajukan sebuah blok politik dengan partai Kadet liberal untuk menempatkan borjuis di kekuasaan. "Ide Menshevik mengenai penyatuan antara proletar dan borjuis sebenarnya berarti kaum buruh dan kaum petani tunduk kepada para liberal.... Pada tahun 1905 kaum Menshevik cuma kurang berani menarik kesimpulan-kesimpulan yang perlu dari teorinya mengenai revolusi `borjuis.' Pada tahun 1917, mengejar cita-citanya sampai habis-habisan, mereka mematahkan lehernya sendiri" (Trotsky, "Three Concepts of the Russian Revolution" [Tiga Konsep Revolusi Rusia], cetakan pertama 1942).
Kaum Bolshevik-nya Lenin lebih dekat kepada pandangan Trotsky, karena mereka bersikeras bahwa borjuis Rusia tidak mampu memimpin revolusi demokratis. Kaum Bolshevik menuntut bagi suatu aliansi antara kelas buruh dengan kaum petani, yang berpuncak pada "kediktatoran demokratis dari proletar dan kaum petani," sebuah slogan cacat yang memperkirakan sebuah negara yang membela kepentingan-kepentingan dua kelas yang berbeda. Pada tahun 1917 menyusul revolusi Februari, hanya setelah terjadi pertarungan tajam dalam partai Bolshevik bagi garis politik Lenin yang dimaklumatkan dalam "Tesis April" agar program kediktatoran proletar mencapai suatu kemenangan. Tetapi Partai Bolshevik tidak mengakui secara blak-blakan bahwa teori revolusi permanen dari Trotsky dibuktikan benar oleh pengalaman Revolusi Oktober dan tidak menolak secara tegas "kediktatoran demokratis dari proletar dan kaum petani." Kegagalan ini nanti menjadi saluran untuk pasukan-pasukan yang nanti menyebut diri sebagai "penjaga tua" Bolshevik (misalnya Stalin) untuk menyerang Trotsky, teori revolusi permanen dan dasar-dasar pemikiran dan implikasi-implikasi internasionalis revolusioner Revolusi Bolshevik.
Trotsky menulis dalam pendahuluannya kepada edisi bahasa Jerman dari Permanent Revolution [Revolusi Permanen] pada tanggal 29 Maret 1930:
"Dengan berkedok memberikan suatu pembenaran ekonomi bagi internasionalisme, pada kenyataannya Stalin memberikan pembenaran bagi sosialisme nasional. Adalah salah bahwa ekonomi dunia hanyalah merupakan jumlah dari bagian-bagian nasional, yang semuanya tipe yang sama. Adalah salah bahwa ciri-ciri khusus `hanyalah pelengkap belaka bagi ciri-ciri umum,' seperti kutil di wajah. Kenyataannya, kepelikan-kepelikan nasional mewakili kombinasi asli dari ciri-ciri dasar proses dunia" [diterjemahkan dari teks bahasa Inggris].
Dalam Permanent Revolution [Revolusi Permanen] (30 Nopember 1929) Trotsky menjelaskan:
"Dibawah kondisi-kondisi jaman imperialis, revolusi demokratik nasional dapat dilanjutkan hingga akhir kemenangan hanya mungkin bila hubungan sosial dan politik di negara tersebut cukup dewasa untuk menempatkan kaum proletar pada kekuasaan sebagai pemimpin massa rakyat. Dan jika belum demikian halnya? Maka perjuangan bagi pembebasan nasional akan memberikan hasil yang sangat setengah-setengah, yang seluruhnya ditujukan melawanan massa yang bekerja.
"Sebuah negara kolonial atau semi-kolonial yang terbelakang, dimana kaum proletar belum cukup bersedia mempersatukan kaum petani dan mengambil alih kekuasaan, dengan demikian tidak mampu membawa revolusi demokratik hingga akhir kesimpulan." [diterjemahkan dari teks bahasa Inggris].
Sifat setengah-setengah dari revolusi-revolusi anti-kapitalis di dunia kolonial mendorong kami menegaskan kembali konsep Marxis-Leninis mengenai proletar sebagai satu-satunya kekuatan sosial yang mampu melakukan revolusi sosialis. Liga Komunis Internasional pada dasarnya menentang doktrin Maois, yang berakar dalam Menshevisme dan reformisme Stalinis, yang menolak peranan pelopor kelas buruh dan menggantikannya dengan perang gerilya yang berbasiskan petani sebagai jalan menuju sosialisme.
Pemahaman kami tentang Revolusi Kuba (lihat Marxist Bulletin No. 8, "Cuba and Marxist Theory" [Kuba dan Teori Marxis]), yang secara retrospektif menerangi jalannya Revolusi Yugoslavia dan Revolusi Tiongkok, merupakan sebuah perluasan lebih jauh mengenai Marxisme yang disumbangkan oleh Liga Komunis Internasional dalam menganalisa Stalinisme. Di Kuba, sebuah gerakan borjuis-kecil dalam situasi yang luar biasa--ketidakhadiran kelas buruh sebagai pesaing bagi kekuasaan sosial dalam haknya sendiri, borjuis nasional lari dan pengepungan imperialis bermusnahan, dan bantuan yang diberikan oleh Uni Soviet--berhasil menggulingkan kediktatoran Batista lama dan akhirnya meruntuhkan hubungan-hubungan kepemilikan kapitalis. Tetapi Castroisme (atau gerakan-gerakan gerilya lain yang berbasiskan kaum petani) tidak mampu membawa kelas buruh ke kekuasaan politik.
Di bawah keadaan-keadaan bersejarah yang paling menguntungkan, kaum petani borjuis-kecil hanya mampu menciptakan sebuah negara buruh yang telah cacat secara birokratik, yakni, sebuah negara dengan susunan tatanan yang sama dihasilkan oleh kontrarevolusi politik Stalin di Uni Soviet, sebuah regim anti-kelas buruh yang menghalang-halangi kemungkinan perluasan revolusi sosial ke Amerika Latin dan Amerika Utara, dan menekan perkembangan Kuba lebih jauh jalan ke arah sosialisme. Untuk menempatkan kelas buruh ke kekuasaan politik dan membuka jalan bagi perkembangan sosialis memerlukan suatu revolusi politik tambahan dipimpin oleh partai Trotskyis. Dengan hancurnya negara buruh Soviet yang kemunduran dan karenanya tidak ada kesiapan adanya bantuan terhadap pengepungan imperialis, celah sejarah yang sempit dimana kekuatan-kekuatan borjuis-kecil mampu menggulingkan kekuasaan kapitalis lokal telah ditutup, yang menekankan pandangan Trotskyis mengenai revolusi permanen.

11. Front Rakyat: Bukan sebuah Taktik Melainkan Kejahatan Terbesar
Dari Spanyol pada tahun 1936 hingga Chile pada tahun 1973, kesempatan-kesempatan yang telah matang bagi revolusi proletar telah diluncurkan melalui mekanisme front rakyat, yang mengikat orang-orang yang tertindas kepada para penindas mereka, dan membuka jalan bagi kediktatoran fasis dan bonapartis. Leon Trotsky menegaskan: "Dengan meninabobokkan para buruh dan petani dengan khayalan-khayalan parlementer, dengan melumpuhkan kemauan mereka untuk berjuang, Front Rakyat menciptakan kondisi-kondisi yang menguntungkan bagi kemenangan fasisme. Politik koalisi dengan borjuis harus dibayar oleh kaum proletar dengan kesengsaraan dan pengorbanan baru selama bertahun-tahun, kalau bukan teror fasis selama beberapa dasawarsa" ("The New Revolutionary Upsurge and the Tasks of the Fourth International" [Kenaikan Revolusioner Baru dan Tugas-Tugas bagi Internasional Keempat], Juli 1936 [diterjemahkan dari teks bahasa Inggris]).
Seperti Lenin dan Trotsky, Liga Komunis Internasional secara prinsip menentang setiap koalisi dengan partai-partai kapitalis ("front-front rakyat") baik di pemerintahan maupun di kalangan oposisi, dan kami menentang untuk memberikan suara bagi partai-partai buruh dalam front-front rakyat. Pemerintahan parlementer yang dibentuk oleh partai-partai buruh reformis ("partai-partai buruh borjuis" seperti yang mereka disebutkan oleh Lenin) adalah pemerintahan-pemerintahan kapitalis yang melakukan kekuasaan kaum kapitalis (misalnya, berbagai pemerintahan Partai Buruh di Inggris). Jika dimana sebuah massa partai buruh reformis menyatakan diri sebagai mewakili kepentingan kelas buruh baik secara mandiri dari partai-partai borjuis maupun menentang partai-partai borjuis, mungkin akan cocok bagi kaum revolusioner untuk menggunakan taktik dukungan kritis ("seperti tali mendukung seseorang yang digantung"). Dukungan elektoral kritis yang demikian dapat menjadi sarana bagi kaum revolusionis untuk mempertajam kontradiksi antara basis proletar dan kepemimpinan pro-kapitalis. Tetapi masuknya formasi-formasi politik non-proletar bahkan sekecil apapun (seperti kaum liberal atau para pengikut mode ekologi "Hijau" di Barat, nasionalis borjuis) bertindak sebagai penjamin program borjuis, menekan kontradiksi ini.
"Front bersatu anti-imperialis" merupakan bentuk khusus kerjasama kelas yang paling sering digunakan di negara-negara kolonial dan negara-negara bekas kolonial, mulai dari pembubaran Partai Komunis Tiongkok menjadi Kuomintang-nya Chiang Kai-shek pada tahun 1920-an hingga ke dekade-dekade sujudnya kaum "kiri" dari Afrika Selatan didepan Kongres Nasional Afrika (ANC), yang telah menjadi orang yang disponsori oleh imperialis bagi kapitalisme baru apartheid. Sekarang ini di Amerika Latin, nasionalisme "anti-Yankee" merupakan alat utama dimana para buruh militan dan petani yang memberontak dibujuk untuk menaruh harapan-harapan mereka pada orang-orang "radikal" borjuis. Program Trotsky mengenai revolusi permanen merupakan alternatif dari percaya pada lamunan yang berlandaskan pada borjuis yang terbelakang dan tergantung kepada imperialis di negara sendiri yang tertindas sebagai sarana bagi pembebasan.

12. Program, Organisasi dan Disiplin Partai Revolusioner
"Tanpa sebuah partai, terlepas dari sebuah partai, di atas sebuah partai atau dengan pengganti sebuah partai, revolusi proletar tidak akan menang" (Leon Trotsky, The Lessons of October [Pelajaran-Pelajaran Oktober], [1924]). Kami berusaha membangun partai revolusioner tersebut, sarana untuk membawa kesadaran politik bagi kaum proletar, berusaha untuk menjadi kekuatan ofensif dan penuntun utama yang kelas buruh melakukan dan konsolidasi revolusi sosialis. Tujuan kami adalah sebuah staf umum revolusioner yang kader-kader utamanya perlu dilatih dan dicoba dalam perjuangan kelas. Partai itu berjuangan untuk memperoleh kepemimpinan kelas atas dasar program dan tekad revolusionernya; partai itu berusaha untuk mengerti segala hal yang terjadi di masa lalu agar dapat melakukan pernilaian keadaan sekarang. Tantangannya adalah mengakui dan dengan berani menjawab saat revolusioner bila saat itu tiba, saat tersebut ialah ketika kekuatan-kekuatan proletar yang paling yakin dan bersedia serta kekuatan-kekuatan orde lama yang paling runtuh semangatnya dan kacau balau. Dalam sebuah partai revolusioner demikian, dicerminkan aspirasi massa untuk memperoleh kebebasan; partai itu melambangkan kemauan revolusioner dan akan menjadi sarana bagi kemenangan mereka.

Sebagaimana ditulis Trotsky dalam "Transitional Program" [Program Peralihan]:
"Tugas strategis periode berikut--suatu periode pra-revolusioner untuk agitasi, propaganda, dan organisasi--terdiri dalam mengatasi kontradiksi antara kematangan kondisi-kondisi revolusioner obyektif atas ketidakmatangan kaum proletar dan pelopornya (kebingungan dan kekecewaan generasi tua, kekurangan pengalaman generasi muda). Usaha yang dibutuhkan adalah membantu massa dalam proses perjuangan sehari-hari untuk menemukan jembatan antara tuntutan masa kini dan program sosialis dari revolusi. Jembatan ini akan termasuk suatu sistem tuntutan-tuntutan peralihan, mulai dari kondisi-kondisi pada masa kini dan dari kesadaran lapisan yang luas kelas buruh saat ini dan mengarah kepada kesimpulan akhir yang tak dapat diubah-ubah: pengambilan kekuasaan oleh kaum proletar" [diterjemahkan dari teks bahasa Inggris].
Partai pelopor harus memberi perhatian yang sama besar kepada persoalan kepemimpinan partai sebagaimana dengan perhatian yang diberi oleh partai tersebut untuk memperjuangkan kesadaran para buruh yang maju. Dalam "The Mistakes of Rightist Elements of the Communist League on the Trade Union Question" [Kesalahan-Kesalahan Anasir-Anasir Kanan Liga Komunis Mengenai Masalah Serikat Buruh] (4 Januari 1931), Trotsky menulis:
"Apapun yang bisa menjadi sumber-sumber sosial dan sebab-sebab politik dari kesalahan-kesalahan dan penyelewengan oportunistik, mereka selalu dikurangi akarnya secara ideologis menjadi sebuah pemahaman yang kekeliruan mengenai partai revolusioner, dan hubungannya dengan organisasi-organisasi proletar lainnya serta dengan kelas secara keseluruhan" [diterjemahkan dari teks bahasa Inggris].
Front bersatu merupakan sebuah taktik utama khususnya dalam periode yang penuh goncangan, guna baik memobilisir massa yang besar untuk perjuangan demi tuntutan bersama maupun untuk memperkuat kewenangan partai pelopor dalam kelas tersebut. Rumus "berjalan terpisah, bertindak bersama-sama" berarti tindakan bersama dalam membela kepentingan kaum buruh, sementara membiarkan perselisihan dalam persaingan pendapat-pendapat dalam konteks sebuah pengalaman politik bersama.
Taktik komunis front bersatu memberi kesempatan kepada pelopor untuk mendekati organisasi-organisasi lain yang biasanya bermusuhan guna bertindak bersama. Ini berbeda sekali dengan "front bersatu dari bawah" yang diikuti oleh kaum Stalinis pada masa "Periode Ketiga." "Front bersatu dari bawah" menuntut bersatu dengan "barisan-barisan" menentang pemimpin-pemimpin mereka, memperkuat garis organisatoris dan menghalangi tindakan bersama. Sebuah front bersatu memerlukan "kebebasan mengkritik" secara penuh--yaitu para peserta bisa menyajikan slogan dan propaganda mereka sendiri.
Sebuah tanda mundurnya dari tujuan revolusioner adalah praktek blok-blok propaganda: subordinasi program proletar kepada kaum oportunis demi "persatuan." Sebuah maksud serupa dilaksanakan oleh ide dari suatu "front bersatu strategis," yang merubah bentuk front bersatu menjadi sebuah "koalisi" tetap yang diharapkan berdasarkan sebuah program yang memiliki pembagian persamaan dengan terendah. Melawan semua rencana demikian itu, partai revolusioner tidak bisa dibangun tanpa perjuangan bagi kejernihan fikiran politik dan membongkarkan secara terus-menerus kelompok-kelompok reformis dan terutama sentris.
Liga Komunis Internasional melekat kepada prinsip-prinsip dan pengalaman International Labor Defense [Pembelaan Buruh Internasional] (ILD), cabang Amerika dari International Red Aid [Bantuan Merah Internasional] dari awal Komintern. Kami berusaha melanjutkan warisan ILD yang dalam karya pembelaannya bersifat ketidak-sektarian dan memihak kepada perjuangan kelas, membela pejuang-pejuang militan bagi kelas buruh dan kaum tertindas terlepas dari pandangan politik mereka. Sementara menggunakan semua hak demokratik yang ada dari sistem hukum borjuis, kami berusaha untuk mengerahkan protes massa yang terpusat pada kelas buruh, menaruh segala keyakinan kami pada kekuatan massa dan tidak percaya sama sekali akan "keadilan" dari pengadilan-pengadilan borjuis. Halangan terbesar menghidupkan kembali tradisi-tradisi solidaritas buruh adalah praktek-praktek jahat organisasi-organisasi Stalinis dan sosial demokratik: kekerasan dalam gerakan buruh, fitnahan terhadap lawan-lawan, dan manuver manipulatif "kelompok front."
Prinsip organisasi dalam Liga Komunis Internasional adalah sentralisme-demokratis, sebuah keseimbangan antara demokrasi internal dan disiplin fungsional. Sebagai sebuah organisasi tempur, pelopor revolusioner harus mampu bertindak secara bersatu dan bertekad pada setiap saat dalam perjuangan kelas. Semua anggota harus dikerahkan untuk melaksanakan keputusan-keputusan mayoritas; wewenang haruslah terpusat pada pemimpin-pemimpin yang terpilih, yang secara taktis mengartikan program organisasi. Demokrasi internal membiarkan penentuan bersama garis partai sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan oleh barisan partai yang paling dekat kepada kelas secara keseluruhan. Hak untuk demokrasi faksional adalah sangat penting bagi sebuah gerakan yang hidup; keberadaan hak ini membantu menyalurkan perbedaan-perbedaan supaya bisa diselesaikan dengan cara yang tidak begitu membuang tenaga.
Disiplin Liga Komunis Internasional (Internasionalis Keempat) bersumber pada program dan tujuannya, kemenangan revolusi sosialis dan pembebasan semua umat manusia.
13. Kami Akan Ikut Andil Untuk Merubah Sejarah!
"Marxisme bukan merupakan suatu dogma, melainkan sebuah pedoman untuk bertindak." Liga Komunis Internasional (Internasionalis Keempat) berada pada pelopor dalam memperjuangkan suatu masa depan sosialis. LKI merupakan satu-satunya organisasi internasional yang saat ini mempunyai suatu konsepsi umum yang sebenarnya mengenai situasi dunia dan tugas-tugas yang menghadapi proletariat dunia. Perbedaan antara jumlah kami yang kecil dan kekuatan program kami adalah besar. Sekarang ini seksi-seksi nasional dari Liga Komunis Internasional adalah atau bertujuan untuk menjadi kelompok-kelompok propaganda yang berjuang. Tugas kami yang pertama adalah pendidikan dan pembentukan kader-kader, merekrut lapisan-lapisan terdepan kaum buruh dan pemuda-pemudi dengan memenangkan mereka atas semua program lengkap kami melalui menjelaskan pandangan-pandangan kami dalam titik kontra-posisi yang tajam dengan pandangan-pandangan dari lawan-lawan yang sentris kami. Pengelompokan kembali revolusioner atas program internasionalisme Leninis merupakan sarana untuk mengatasi ketidakseimbangan antara kekuatan-kekuatan kami yang kecil dengan tugas kami.
Seperti kaum Bolshevik-nya Lenin, tujuan kami adalah melakukan peleburan unsur-unsur para intelektual dan proletar, terutama melalui pembangunan dan perjuangan fraksi-fraksi komunis di pabrik-pabrik. Melalui sarana bacaan yang penuh dengan propaganda seorang dapat mendidik kader-kader pertama, namun seseorang tidak bisa mengerahkan pelopor kaum proletar yang tinggal, baik bukan dalam sebuah lingkaran atau bukan dalam sebuah ruang sekolah namun dalam sebuah masyarakat yang terbagi dalam kelas-kelas, dalam sebuah pabrik, dalam organisasi-organisasi massa, suatu pelopor kepada siapa seseorang harus tahu bagaimana berbicara dalam bahasa yang sesuai dengan pengalaman-pengalaman mereka. Seorang kader yang melakukan propaganda terbaik sekalipun, secara tak terhindarkan akan hancur, jika dia tidak menemukan kontak dengan perjuangan sehari-hari dari massa.
Usaha komunis dalam serikat-serikat buruh harus bertujuan kemenangan basis itu, bukan blok-blok dan manuver-manuver yang tidak berprinsip dengan tingkat atas. Perjuangan untuk kemerdekaan penuh dan tanpa syarat bagi serikat-serikat buruh dalam hubungannya dengan negara sebagai aparat kapitalis adalah mutlak. Penggunaan pengadilan-pengadilan borjuis terhadap lawan-lawan politik dalam serikat buruh atau gerakan buruh adalah pelanggaran terhadap prinsip-prinsip kemerdekaan kaum proletar dan serangan terhadap kekuatan gerakan buruh. Mengundang musuh kelas melakukan campur tangan dalam urusan-urusan intern serikat-serikat buruh meningkatkan khayalan-khayalan akan demokrasi borjuis dengan melukiskan negara sebagai "netral" antara kelas-kelas. Para polisi bukanlah "buruh yang berseragam" melainkan senjata-senjata sewaan negara kapitalis; mereka tidak mempunyai tempat dalam organisasi buruh. Liga Komunis Internasional berjuang agar "polisi keluar dari serikat-serikat buruh." Perjuangan kami bagi prinsip kemerdekaan bagi kaum proletar dari negara ditekankan oleh kecenderungan yang dijelaskan Trotsky pada tahun 1940 dalam skripsinya yang tak sempat diselesaikan, "Trade Unions in the Epoch of Imperialist Decay" [Serikat-Serikat Buruh Dalam Jaman Kebusukan Imperialis] bahwa serikat buruh reformis agar tumbah semakin terjalin dengan negara.
Mengingat kaum komunis berupaya membangun persatuan kelas buruh yang paling kuat melawan pemeras-pemeras kapitalis; maka dari itu kami menentang pembagian-pembagian berdasarkan keahlian dalam kaum proletar. Kami mendukung serikat-serikat buruh yang berdasarkan industrinya. Kami menentang memecah kelas buruh menjadi serikat-serikat buruh yang saling bersaing berdasarkan pada perbedaan aliran politik atau pengelompokan-pengelompokan etnis. Dalam perbedaan karena berlawanan, tugas pelopor partai komunis adalah berbeda sekali: untuk menjelaskan dan mempertajam perbedaan-perbedaan antara aliran-aliran politik yang sedang bersaing agar supaya mengumpulkan kader bagi partai Leninis. Pada jaman Lenin, tugas-tugas politik yang berbeda ini dicerminkan dalam bentuk-bentuk organisasi yang berbeda: Komintern yang terdiri dari organisasi partai yang mewakili program politik Bolshevik yang unik dan Profintern yang mewakili perjuangan bagi persatuan kelas buruh dalam serikat-serikat buruh.
Kami percaya bahwa menempa kembali Internasional Keempat komunis akin sulit dan acap kali berbahaya. Organisasi internasional ini akan dibuat terdiri dari partai-partai komunis sejati pada setiap benua yang dihuni dan akan diuji melalui intervensi yang seksama perjuangan kelas. Jalan menuju ke depan bagi seluruh umat manusia adalah melalui pasukan yang saat ini kecil yang mengikuti program revolusioner Lenin dan Trotsky untuk menempa partai-partai dengan pengalaman, tekad dan wewenang di antara massa untuk memimpin revolusi-revolusi proletar yang penuh dengan keberhasilan. Namun sementara kami berupaya membawa program ini kepada kaum buruh dan kaum tertindas dunia, kami harus menyadari bahwa kepemilikan teknologi bencana nuklir oleh kelas penguasa imperialis yang tidak rasional, memperpendek kemungkinan-kemungkinan tersebut: kami memiliki waktu terbatas.
Kami dituntun oleh ajaran-ajaran dan praktek-praktek rekan-rekan seperti Lenin dan Trotsky:
"Jangan punya syak wasangka dalam menghadapi kenyataan; jangan mencari jalan yang mudah; menyebut nama-nama dengan benar; menyatakan kebenaran kepada massa, tidak peduli bagaimanapun pahitnya; jangan cemas akan rintangan-rintangan; benarlah dalam hal-hal kecil seperti juga pada hal-hal yang besar; berpijaklah pada logika dari perjuangan kelas; berani bilamana saatnya bertindak tiba--hal-hal ini merupakan aturan Internasional Keempat" ("The Death Agony of Capitalism and the Tasks of the Fourth International" [Masa Kematian Yang Sengsara Dari Kapitalisme dan Tugas-Tugas Internasional Keempat], 1938 [diterjemahkan dari teks bahasa Inggris]).
Hal ini merupakan aturan-aturan Liga Komunis Internasional (Internasionalis Keempat) sambil kami maju menuju terus dalam tugas bersejarah yaitu membimbing kelas buruh menuju kemenangan sosialisme dunia!
—Februari 1998

No comments:

Post a Comment